Studi: COVID-19 Tingkatkan Risiko Gangguan Mental Secara Signifikan
Rawpixel
Dunia

Meski pasien yang dirawat di RS lebih mungkin didiagnosis masalah kesehatan mental, mereka yang tidak dirawat di rumah RS berisiko lebih tinggi daripada mereka yang tidak tertular COVID-19.

WowKeren - Penelitian masih terus dilakukan terkait COVID-19. Sejak merebak menjadi pandemi dua tahun lalu, virus ini boleh dibilang masih misterius bahkan asal-muasalnya pun hingga kini masih menjadi perdebatan.

Sebuah studi skala besar menunjukkan bahwa pasien COVID-19 lebih mungkin mengembangkan masalah kesehatan mental dibanding mereka yang tidak terinfeksi. Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal medis The BMJ pada 16 Februari, disebutkan bahwa orang dengan COVID-19 memiliki peluang 46 persen lebih tinggi didiagnosis dengan gangguan kesehatan mental pada tahun setelah terinfeksi.

Studi tersebut menganalisis catatan lebih dari 150.000 pasien COVID-19 dalam sistem Administrasi Kesehatan Veteran Amerika Serikat, yang sebagian besar terdiri dari pria kulit putih yang lebih tua. Studi ini terbatas pada pasien yang tidak memiliki diagnosis atau perawatan kesehatan mental dalam dua tahun sebelum infeksi COVID-19 mereka.


Meskipun risikonya lebih tinggi, kebanyakan pasien tidak mengalami gejala kesehatan mental. Hanya 4,4 hingga 5,6 persen dari peserta yang menerima diagnosis depresi, kecemasan atau stres dan gangguan penyesuaian, sebagaimana dilaporkan New York Times.

"Tampaknya ada kelebihan diagnosa kesehatan mental dalam beberapa bulan setelah COVID-19," kata Paul Harrison, seorang profesor psikiatri di Universitas Oxford. Meskipun ini bukan epidemi kecemasan dan depresi, Harrison mengatakan bahwa ini bukan masalah sepele.

Meskipun pasien yang dirawat di rumah sakit lebih mungkin didiagnosis dengan masalah kesehatan mental, mereka yang tidak dirawat di rumah sakit masih berisiko lebih tinggi daripada mereka yang tidak tertular COVID-19. Risikonya masih signifikan untuk pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, kata Ziyad Al-Aly, salah satu penulis makalah dan ahli epidemiologi klinis di Universitas Washington di St. Louis.

Studi mengungkapkan bahwa pasien COVID-19 80 persen lebih mungkin mengalami penurunan neurokognitif, 41 persen gangguan tidur, dan 29 persen gangguan penggunaan alkohol. Dibandingkan dengan orang yang dirawat di rumah sakit karena alasan lain, pasien COVID-19 masih memiliki risiko yang lebih tinggi. Namun, belum diketahui pasti alasan COVID-19 mengarah pada risiko yang lebih tinggi pada gangguan kesehatan mental.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait