Dua Sub Varian Omicron Jadi Biang Kerok Lonjakan Kasus COVID-19 di Afrika Selatan
pixabay.com/Ilustrasi/geralt
Dunia

Sebagaimana diketahui, varian omicron yang ada saat ini memang sangat mudah menular dan pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada November tahun lalu.

WowKeren - Meski sejumlah negara telah melonggarkan aturan terkait COVID-19 namun nyatanya virus ini masih belum bisa disebut benar-benar telah hilang. Di bagian lain dunia, ada negara yang justru mencatat jumlah kasus yang mengalami peningkatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (4/5) mengatakan bahwa dua sub-varian omicron baru mendorong peningkatan kasus COVID-19 yang dilaporkan di Afrika Selatan. Oleh sebab itu, organisasi ini menekankan pentingnya pengujian untuk memantau mutasi dan penyebaran virus.

Sebagaimana diketahui, varian omicron yang ada saat ini memang sangat mudah menular dan pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada November tahun lalu. Varian ini kemudian menyebar dengan cepat secara global dan kini menjadi varian dominan, terhitung hampir semua kasus baru.

Omicron telah lama dikenal memiliki beberapa sub-varian, sejauh ini yang paling dominan adalah BA.2. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan jika para ilmuwan Afrika Selatan yang pertama kali mengidentifikasi omicron menunjuk ke dua sub-varian omicron lainnya, BA.4 dan BA.5, sebagai penyebab lonjakan kasus di negara itu.


WHO mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa sub-garis keturunan "telah memperoleh beberapa mutasi tambahan yang dapat memengaruhi karakteristik mereka". Kendati demikian, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah sub-varian baru ini dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada sub-varian omicron lainnya.

Dibanding negara Afrika lainnya, Afrika Selatan paling parah terdampak COVID-19. Negara itu telah mencatat total kasus yang dikonfirmasi laboratorium hampir 3,8 juta dan lebih dari 100.000 kematian. Jumlah orang dewasa yang telah menerima dua dosis vaksin belum sampai 45 persen.

Setelah kasus menurun pada Maret lalu, pada awal April negara itu mencabut semua pembatasan Covid. Namun sejak itu, kasus telah melonjak kembali, hampir 50 persen dalam seminggu terakhir.

Dengan adanya temuan ini Tedros menekankan bahwa pengujian dan pengurutan genom masih sangat penting, seperti yang masih di lakukan di Afrika Selatan. "Di banyak negara, kita pada dasarnya buta terhadap bagaimana virus bermutasi. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," pungkasnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait