Kisah Polo Srimulat Dibayar Rp1000 Semasa Hidup bak Bukti Pelawak Gak Kaleng-Kaleng
Instagram/polo_srimulat
Selebriti

Polo Srimulat jadi sorotan usai meninggal dunia pada 6 Maret setelah berjuang melawan sakit paru-paru. Terjun di dunia hiburan puluhan tahun, terkuak kisah haru Polo kala berjuang menjadi pelawak Tanah Air.

WowKeren - Pelawak Srimulat, Polo, meninggal dunia, di usia 61 tahun pada 6 Maret. Ia sempat batuk dan keluar bercak darah sebelum menghembuskan nafas terakhir.

"Bapak sakitnya paru-paru. Bapak sih sudah bolak balik rumah sakit. Jadi 3 hari terakhir kondisinya sudah membaik. Semalam nggak apa-apa, masih bagus. Tapi nggak tahu tadi subuh. Bapak baik-baik saja. Semalam masih bercanda sama saya," seru Sebastian, putra dari Polo. "Dan tadi pagi kondisi bapak batuk-batuk ada bercak darah. Dari pagi setengah 5. Kondisi baik banget kemarin."

Kepergian Polo ini tak urung membuat keluarga, teman dan fans berduka. Maklum saja, Polo dikenal sebagai salah satu pelawak yang punya bakat gak kaleng-kaleng. Bukan hanya itu, perjuangan Polo yang rela dibayar cuma Rp1000 itu juga membuktikan kalau dia sosok pekerja keras yang tak malu memulai semuanya dari nol.

"Jadi saya tergabung di Srimulat itu tahun 1987, setelah sebelumnya melanglang buana, artinya tidak pernah terpikirkan untuk menjadi anggota Srimulat. Tapi barangkali suratan takdirnya bergabung di situ," kata Polo semasa hidup dalam wawancara di 2019. "Kalau bicara suka duka, kayaknya banyakan sukanya ya. Dukanya itu ya tahun 1987 saya masuk Srimulat pertama kali itu gaji saya semalem 1000 perak."


Namun, Polo rupanya pantang menyerah. Ia pun mengembangkan keahlian lain agar tetap bisa bertahan di Srimulat. Tak cuma menguasai alat musik kendang, keahlian bahasa Polo membuatnya jadi salah satu andalan di Srimulat.

"Di Srimulat itu sistemnya ya sistem juragan, Pak Teguh menerima pemain tidak untuk coba-coba, jadi memang menerima pemain yang sudah siap jual. Jadi memang secara jenjang ya memang nggak ada, karena memang bukan organisasi. Temen-temen ini rata-rata, apalagi senior, sudah mempunyai jam terbang, kalau saya cuma berangkat dari aktivitas sekolah, kelompok teater. Tapi saya punya keahlian lain, ngendang, jadi saya diperbantukan," serunya. "Ceritanya ada satu pertimbangan dari pemilik Srimulat, yaitu Pak Teguh. itu melihat karena saya bisa berbahasa Indonesia agak baik, itu yang dijadikan satu patokan untuk mempertahankan saya, itu salah satu modal yang pada waktu itu membuat saya bertahan di Srimulat."

Tak melulu melawak, Polo juga sosok yang kritis. Ia memiliki harapan agar dunia hiburan Tanah Air bisa lebih berkembang.

"Idealnya tontonan itu juga tuntunan. Sementara harus kita akui, ini bicara jujur ya, lepas dari sisi komersial, sisi industri, komedi belakangan ini kan hampir kehilangan arah. Tetap komedi tapi enggak ada tuntunannya. Enggak ada cerita yang disampaikan, belum lagi pelanggaran-pelanggaran," kata Polo. "Saya berharap, kita bisa bangun industri yang nuansa dan kualitas seninya harus ada, terutama etika dalam berkesenian yang harus kita pertahankan."

(wk/riaw)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait