IPI Sebut Kampanye Akbar Capres-Cawapres Belum Bisa Raih Lebih Banyak Pemilih
Nasional

Kampanye akbar oleh masing-masing Paslon pada dasarnya digelar untuk menjaring lebih banyak pemilih, terutama mereka yang berasal dari kategori swing voters dan undecided voters.

WowKeren - Bebarapa waktu sebelum Pilpres digelar, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mempersilahkan masing-masing kubu Paslon untuk menggelar kampanye akbar. Kesempatan ini diharapkan mampu menjaring lebih banyak pemilih secara lebih luas, termasuk menekan angka golput. Sebab lewat kampanye secara besar-besaran, diharapkan masyarakat bisa memperoleh pandangan mengenai masing-masing Paslon.

Namun pada kenyataannya, kampanye akbar justru dianggap belum mampu menjaring lebih banyak pemilih. Memang massa yang datang untuk menyaksikan kampanye masing-masing kandidat Capres-Cawapres jumlahnya sangat banyak. Namun, hal ini tak serta merta memberikan dampak yang signifikan pada jumlah kenaikan pemilih di Pilpres 2019.

Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Indikator Politik Indonesia (IPI). Salah seorang peneliti IPI Rizka Halida menilai bahwa gelaran kampanye akbar hanya berfungsi menguatkan keyakinan masing-masing pendukung.


"Dari kedua kubu, semua show off force di GBK Jakarta, baik 01 maupun 02," kata Rizka dilansir dari Republika, Jumat (19/4). "Akan tetapi show tersebut hanya berfungsi menguatkan iman politik masing-masing pendukung yang sudah loyal."

Sebaliknya, kampanye akbar dinilai gagal memancing swing voters maupun undecided voters. Yang mana, kedua kategori pemilih ini seharusnya menjadi bidikan utama dari digelarnya kampanye akbar. "Jadi, kampanye akbar yang digelar dengan mengerahkan massa begitu banyak itu hanya berfungsi sebagai penguatan yang sudah punya pilihan," imbuh Rizka.

Sementara itu peneliti lain IPI, Ahmad Khoirul Umam, menganggap bahwa tingkat partisipasi masyarakat saat Pilpres berlangsung sejalan dengan hasil survei sebelumnya. "Ada beda angka yang sebetulnya sudah diprediksi sebelumnya karena bias partisipasi masyarakat," kata Ahmad masih dilansir dari Republika.

Meski demikian, ia mengungkap bahwa penentu partisipasi masyarakat sesungguhnya adalah banyaknya jumlah suara yang masuk saat pencoblosan. "Penentu sesungguhnya adalah jumlah suara yang masuk di coblosan itu. Tapi, secara umum hasil tidak banyak berbeda dengan survei tapi di saat akhir ada bias partisipasi pemilih," terang Ahmad.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait