BPN Prabowo Klaim Menang 80 Persen, TKN Jokowi Sindir Halu dan Mimpi di Siang Bolong
Instagram/rajaantoni
Nasional

Wakil Sekretaris TKN, Raja Juli Antoni, menanggapi klaim Ketua BPN, Djoko Santoso, yang menyebut Prabowo-Sandi menang telak dengan perolehan 80 persen apabila saja tak ada kecurangan.

WowKeren - Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Djoko Santoso, mengklaim mereka bisa menang telak dengan perolehan angka 80 persen apabila tidak ada kecurangan. Hal ini disampaikan Djoko dalam acara syukuran klaim kemenangan paslon 02 di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Rabu (24/4).

"Pada tanggal 17 April, dan hasilnya memang Prabowo-Sandi menang. Walaupun sebelum tanggal 17, tanggal 17 dan setelah tanggal 17 mereka curang terus. Curangnya ini sudah tidak aturan, mereka secara masif, terencana sistematik, dan brutal," jelas Djoko. "Namun demikian masih tersisa suara 62 persen, dan itulah Prabowo-Sandi menyatakan kemenangan setelah dicurangi. Kalau enggak dicurangi, bisa 70 atau 80 persen."

Menanggapi klaim tersebut, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin pun angkat bicara. TKN Jokowi-Ma'ruf menilai kubu Prabowo sedang berhalusinasi.

"Politik membuat elite di Jakarta berhalusinasi," ujar Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni, pada Rabu. "Mimpi di siang bolong. Mimpi kali ye menang 80 persen."


Menurut Antoni, narasi para elite yang tidak bijaksana ini dapat membuat masyarakat terpecah belah. "Saya kasihan kepada rakyat yang kian terbelah oleh narasi elite yang membodoh-bodohi rakyat," tutur Antoni.

Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tersebut lantas menilai bahwa rekonsiliasi antara kubu Prabowo-Sandi dengan Jokowi-Ma'ruf kini makin sulit untuk diwujudkan. Pasalnya, kubu Prabowo-Sandi terus melakukan klaim kemenangan meski mayoritas lembaga survei lewat quick count menyatakan keunggulan Jokowi-Ma'ruf.

Antoni menilai sulitnya rekonsiliasi pasca pemilu tersebut disebabkan pula oleh para elite. Kegagalan ini dinilai memecah belah masyarakat.

"Kita kehilangan momentum rekonsiliasi pada tanggal 17 April sore atau malam hari. Ketika yang kalah berdasarkan QC (quick count) seharusnya menelepon pemenang dan kemudian menyampaikan pidato kekalahan di depan publik," jelas Antoni. "Semua ini karena ego elite Jakarta. Halu dan mimpi di siang bolong."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait