Moeldoko Sebut Ustaz Baequni Ngawur Soal Ceramah KPPS Tewas Diracun
Nasional

Moeldoko kembali tegaskan bahwa penyebab wafatnya ratusan petugas KPPS adalah karena kelelahan akibat beban kerja berlebih. Ia pun meminta setiap pihak berhenti menyebarkan hoaks terkait.

WowKeren - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko turut angkat bicara soal ceramah Ustaz Rahmat Baequni yang tengah viral. Ustaz yang pernah berdebat dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil soal arsitektur Masjid Al-Safar itu menyebut ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia karena diracun. Moeldoko pun meminta agar Baequni tak berbicara sembarangan.

"Saya pikir begini lah yah, kita ini harus berpikir jujur, berkata jujur yah," kata Moeldoko kala ditemui di Bandara Husein Sastaranegara, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/6). "Apalagi Ustaz, ngomongnya jangan ngawur. Saya harus tegas."

Moeldoko lantas kembali menegaskan bahwa penyebab meninggalnya ratusan petugas KPPS itu sudah dipastikan dan tuntas. Petugas-petugas tersebut, ujar Moeldoko, telah dipastikan meninggal dunia murni karena masalah kesehatan akibat beban kerja berlebih.

"Kita sudah undang dari pihak terkait, sudah sangat clear bahwa meninggalnya teman-teman di TPS itu status kesehatan adalah meninggal yang wajar," tuturnya, dilansir dari DetikNews. "Ini yang ngomong menteri (Menteri Kesehatan) lho, karena kecapean."


Ia pun mengingatkan kepada pihak-pihak lain untuk berhenti membuat keresahan di masyarakat dengan menyebarkan berita bohong. Apalagi terkait dengan hoaks mengenai meninggalnya petugas KPPS tersebut juga dapat melukai perasaan korban.

"Jadi jangan lagi bahasanya itu justru yang meracuni masyarakat," ujarnya. "Saya tidak suka bahasa yang seperti itu. Kasihan masyarakat, dan kasihan keluarganya itu sudah rela."

Sebelumnya, sebuah video ceramah oleh Ustaz Rahmat Baequni beredar di media sosial. Dalam video tersebut, Baequni menyebut ratusan petugas KPPS sengaja diracun supaya tidak memberikan kesaksian mengenai kondisi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) selama keberjalanan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Ia pun mengaku mendapatkan informasi soal ditemukannya zat beracun berupa gas di dalam tubuh korban.

Atas beredarnya video tersebut, polisi pun turun tangan menyelidiki. Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyebut status kasus tersebut dapat ditingkatkan ke penyidikan bila alat bukti telah mencukupi. Video itu juga bisa dikenakan pasal penyebaran hoaks.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait