Dianggap Momok Bagi Petani, Fenomena Embun Salju Dieng Justru Jadi Magnet Bagi Wisatawan
Instagram/banjarnegaraterkini
Nasional

Fenomena embun salju cukup unik mengingat Indonesia terletak di wilayah iklim tropis sehingga tak heran jika wisatawan rela datang dari jauh-jauh untuk menyaksikan secara langsung fenomena tersebut.

WowKeren - Fenomena embun salju atau yang dikenal dengan embun upas oleh warga sekitar Dataran Tinggi Dieng, adalah fenomena tahunan yang biasa muncul sekitar bulan Juli-Agustus ketika musim kemarau mencapai puncaknya. Sayangnya, embun salju bersifat mematikan bagi tanaman, khususnya kentang.

Namun tidak demikian jika dilihat dari sisi pariwisata. Embun salju justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Bagaimana tidak, bagi masyarakat Indonesia yang berada di iklim tropis tentu fenomena salju adalah pemandangan yang sangat langka. Tak heran jika embun upas mampu mendatangkan para pengunjung.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wisata Dieng Aryadi Darwanto mengatakan bahwa jumlah turis di akhir pekan jumlahnya bisa tiga kali lebih banyak daripada hari biasa. Para wisatawan tersebut tak hanya berasal dari Jawa Tengah namun juga kota-kota besar lainnya.

"Pada hari biasa, jumlah pengunjung hanya sekitar 3.000 orang, sedangkan akhir pekan jumlahnya sekitar 10.000 orang," kata Aryadi di Dieng, Selasa (25/6). "Wisatawan yang datang berasal dari kota-kota besar, seperti Jakarta."


Menurut Aryadi, wisatawan menganggap bahwa embun salju adalah fenomena yang unik sehingga mereka tertarik untuk menyaksikannya secara langsung. Biasanya, pengunjung akan datang pagi-pagi sekali antara pukul 04.00-06.00 sebelum jam buka loket.

"Wisatawan sangat tertarik melihat embun beku karena ini fenomena unik," tutur Aryadi. "Di daerah tropis dan untuk menyaksikannya pun mudah, orang tinggal parkir dan di depan mobil terlihat ada esnya."

Suhu yang amat dingin di Dieng menyebabkan embun membeku. Pada Selasa (25/6) tercatat suhu disana menembus angka minus 7 derajat Celsius. Sayangnya, fenomena yang dianggap unik dan menarik oleh para wisatawan tersebut justru menjadi momok bagi petani. Akibat embun tersebut, sedikitnya 17 hektar lahan tanaman kentang dan wortel terancam rusak.

"Embun mengancam tanaman kentang. Tanaman yang tidak kuat akan kering dan layu," kata Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiono dilansir dari Kompas, Rabu (26/6). "Jika embun upas terus terjadi, tentu akan merusak tanaman kentang lebih luas."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait