Suku Terpencil Mause Ane Maluku Ikut Upacara 17 Agustus Untuk Pertama Kali
Nasional

Warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Mause Ane yang berada di Maluku melakukan Upacara 17 Agustus untuk yang pertama kalinya. Hal ini dapat terlaksana karena adanya bantuan dari TNI dan juga Polri.

WowKeren - Warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Mause Ane asal Seram Utara Timur Kobi, Maluku Tengah, Maluku kini untuk yang pertama kalinya bisa mengikuti upacara peringatan HUT RI ke-74.

Terlihat ratusan orang Suku Mause Ane telah berkumpul dengan menggunakan pakaian apa adanya di depan pemukiman mereka pada Sabtu (17/8). Pemukiman-pemukiman tersebut dibangun oleh TNI setelah terjadi bencana kelaparan yang melanda Suku Mause Ane tersebut.

Upacara Upacara HUT ke-74 RI ini merupakan yang pertama bagi warga suku Mause Ane sejak 1945. Bahkan mereka akhirnya bisa merasakan suasana pengibaran bendera Merah Putih.

Diketahui jika upacara tersebut diselenggarakan oleh pihak TNI dan Polri. "Kami dari Koramil 1505 Kodim Masohi sengaja kami membuat upacara 17 Agustus di Suku Mause ane ini karena selama ini mereka belum tahu bahwa kegiatan upacara bendera seperti apa jadi mereka baru rasakan ternyata kegiatan seperti ini," kata Danramil Seram Utara, Kapten La Ode Ma'ruf, Minggu (18/8).


Tak hanya di satu wilayah, TNI dan juga Polri ikut mengajak beberapa dusun untuk memeriahkan hari Kemerdekaan tersebut. Pada perayaan Kemerdekaan itu suasana yang tercipta di antara warga tampak akrab dan nyaman.

"Upacara ini kita libatkan kita beberapa dusun, pemerintah daerah, guru dan juga melibatkan Kepolisian juga untuk lebih akrab dan lebih nyaman," ujar Kapten La Ode Ma'ruf.

Seusai mengikuti upacara pengibaran bendera Merah Putih, Suku Mause Ane terlihat saling berkomunikasi dengan warga lainnya. Ekspresi yang mereka tunjukkan adalah perasaan gembira dan penuh tawa. Tak hanya melakukan upacara, mereka juga mengikuti berbagai lomba seperti balap karung dan masih banyak lainnya.

Setahun yang lalu, Suku Mause Ane terkena bencana kelaparan yang mengakibatkan meninggal dunia. Tak hanya satu, tapi ada 4 orang korban yang jatuh meninggal pada saat itu. Hal ini disebabkan oleh lokasi yang jauh sehingga bantuan susah untuk menjangkau mereka.

Jumlah warga suku ini sendiri tidak mencapai 200 orang. Dari jumlah tersebut mereka terpencar di 3 lokasi. Untuk ke lokasi dibutuhkan waktu 2 hari dari Ibu Kota Kabupaten.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait