Komisi X Sentil Mendikbud Nadiem Makarim Soal Radikalisme, Ada Apa?
Nasional

Isu radikalisme seolah menjadi prioritas utama di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tak hanya menjadi tanggung jawab Menag, rupanya Komisi X menilai Mendikbud Nadiem juga terlibat dalam penanganan radikalisme.

WowKeren - Terpilihnya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Indonesia Maju memang diliputi sejumlah pro dan kontra. Banyak pihak menilai sang mantan bos GoJek itu tidak punya latar belakang yang mumpuni untuk menjadi pucuk komando di sektor pendidikan dan kebudayaan.

Nadiem pun menerima sejumlah tantangan usai menjabat sebagai Mendikbud. Salah satunya dari Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, yang baru saja dikukuhkan kemarin, Rabu (30/10).

Awalnya Huda mengemukakan pendapatnya soal pendidikan di Indonesia. Ia menilai pendidikan haruslah mengedepankan adab. Segala inovasi dan kreativitas peserta didik harus bermuara pada terbentuknya mental yang mengedepankan norma sehingga mampu menjadi manfaat bagi sesama.

"Berbagai inovasi dan kreativitas yang diajarkan kepada peserta didik tidak boleh meninggalkan adab sebagai kerangka utama pendidikan di Indonesia," tuturnya, dilansir Kompas, Kamis (31/10). "Penekanan terhadap pentingnya adab ini akan menjaga pendidikan Indonesia tidak terjatuh dalam komodifikasi yang serba material."

Ia pun menyampaikan sejumlah persyaratan pendidikan berkualitas yang menjadi tugas utama Nadiem ke depan. Salah satunya terkait dengan guru atau pengajar.


Menurutnya, kehadiran guru berkualitas adalah syarat penting lahirnya pendidikan yang mumpuni. Oleh karena itulah, negara harus hadir untuk menjamin kesejahteraan guru agar mereka bisa optimal dalam mendidik murid yang ada.

Tak disangka, masalah guru ini pun juga dikaitkan dengan perkembangan radikalisme di Indonesia. Sebagai pengingat, isu radikalisme memang menjadi prioritas utama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma'ruf Amin. Lantas apa kaitan guru dan radikalisme ini? Simak pemaparan Huda berikut ini.

"Mohon maaf, berkembangnya radikalisme di Tanah Air menurut saya karena banyak orang saat ini mencari ilmu tidak melalui guru," paparnya. "Tetapi sekadar membaca sepenggal informasi dari Google."

Selain soal pengajar, Huda pun menggarisbawahi sejumlah faktor lain. Seperti pendidikan yang harus menumbuhkan ekosistem demi mendorong peserta didik agar bisa berpikir cerdas.

Selain itu, stakeholder pendidikan yang harus mengedepankan rasa cinta dalam proses belajar-mengajar. Menurutnya, dengan kecintaan terhadap ilmu maka akan melahirkan semangat, baik dari regulator, pengajar, maupun peserta didik.

Sedangkan yang terakhir, pendidikan di Indonesia harus mengedepankan proses ketimbang hasil instan. Tantangan itulah yang menurut Huda harus dihadapi Nadiem selama periode jabatannya sebagai Mendikbud.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru