Terungkap, 22 Persen Mahasiswa Universitas Jember Telah Terpapar Radikalisme
Nasional

Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) menemukan data sebanyak 22 persen mahasiswa Universitas Jember telah terpapar radikalisme.

WowKeren - Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej) telah menemukan presentase data mahasiswa mereka yang terpapar radikalisme. Hal ini disampaikan Ketua LP3M Unej Ahmad Taufiq saat menjadi pembicara Festival HAM di PB Sudirman Kantor Pemkab Jember, Jawa Timur pada Kamis (21/11).

Ahmad Taufiq menyebutkan sebanyak 22 persen mahasiswa Universitas Jember sudah terkena paham radikalisme. Hal ini diketahui berdasarkan laporan studi pemetaan gerakan radikalisme yang dilakukan LP3M Unej pada tahun 2018.

"Di Unej terdapat 22 persen yang terpapar radikalisme, diderivasi lagi menjadi radikalisme teologis yakni setuju dengan pengkafiran, qital, dan jihad yaitu sejumlah 25 persen," kata Taufiq di Kantor Pemkab Jember, Jawa Timur, Kamis (21/11). "Radikalisme politis berupa kesetujuannya pada konsep negara Islam atau khilafah sejumlah 20 persen."

Presentase tersebut disebutkan Taufiq sangat berguna untuk melakukan pencegahan terhadap aksi-aksi radikalisme. Walau begitu, Taufiq menyatakan dari presentase tersebut memang belum diketahui ada atau tidaknya mahasiswa yang telah melakukan tindakan kekerasan fisik, baik pada diri mereka sendiri, maupun pada orang lain.


Taufiq juga memberikan tanggapannya terkait temuan riset yang telah dilakukan INFID Jakarta yang menyatakan adanya 10 perguruan tinggi negeri (PTN) yang terpapar radikalisme. Riset tersebut menunjukkan bagaimana keterlibatan mahasiswa dalam aksi radikalisme seperti aktivitas merakit bom, pelatihan militer, razia syariah, dan bergabung pada organisasi terlarang HTI.

Menurut Taufiq, riset ini justru menunjukkan dengan jelas bagaimana nyaris semua PTN sedang menghadapi masalah baru yakni melawan paham-paham radikalisme yang sudah krusial dan akut. Apalagi, gerakan gerakan radikalisme saat ini sudah dinilai sebagai aksi kejahatan yang terstruktur, sistematik, dan masif.

"Kondisi demikian itu hampir terjadi di seluruh PTN dengan frekuensi yang berbeda," ujar Taufiq. "Oleh karena itu, gerakan radikalisme itu sudah dapat dikategorikan terstruktur, sistematik, dan masif."

Oleh sebab itu, Taufiq menganjurkan dua cara menghadapi persoalan ini dimana cara pertama adalah pentingnya melakukan pendidikan multikultural untuk mengembangkan sikap toleransi dan inklusivitas. "Kemudian rekomendasi kedua, keterlibatan semua pihak untuk mengatasi permasalahan radikalisme, mengatasi soal radikalisme tidaklah cukup hanya melibatkan struktur berbasis negara," pungkasnya.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait