Belgia dan Italia Ikuti Jejak Prancis Larang Penggunaan Hidroksiklorokuin untuk Pengobatan Corona
Dunia

Langkah ini diambil usai WHO menyebutkan bahwa obat tersebut bisa menimbulkan risiko kesehatan serius dan berbahaya bagi orang yang mengonsumsinya, bahkan mampu mengakibatkan kematian.

WowKeren - Pemerintah Belgia dan Italia rupanya mengikuti langkah Prancis yang melarang penggunaan hydroxychloroquine untuk mengobati pasien terinfeksi virus corona (COVID-19). Imbauan ini sebelumnya diserukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan bahwa obat tersebut bisa menimbulkan risiko kesehatan serius dan berbahaya bagi orang yang mengonsumsinya, bahkan mampu mengakibatkan kematian.

"Semua uji coba hydroxychloroquine untuk Covid-19 tetap dalam tinjauan yang ketat," ujar Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (MHRA), dikutip dari Reuters pada Kamis (28/5).

Keputusan Belgia, Italia, dan Prancis untuk melarang penggunaan hydroxychloroquine sebagai pengobatan corona ini tentu saja berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah Brasil dan India. Diketahui, kedua negara tersebut tetap merekomendasikan obat malaria itu untuk pencegahan COVID-19.

Sementara itu, pada Selasa (25/5) lalu WHO secara resmi menghentikan pengujian terhadap hydrxychloroquine sebagai pengobatan virus corona karena kekhawatiran atas keselamatan pasien.


Penghentian itu terjadi setelah studi medis baru-baru ini mengatakan obat itu dapat meningkatkan risiko pasien meninggal akibat COVID-19. Pada pekan lalu, kajian yang dimuat jurnal ilmiah, Lancet, menyebutkan penanganan para pasien COVID-19 dengan obat antimalaria hydroxychloroquine sama sekali tidak ada manfaatnya. WHO mengatakan hydroxychloroquine akan dihapus dari uji coba tersebut sambil menunggu penilaian terhadap aspek keamanan.

Hydroxychloroquine diklaim aman bagi pasien malaria, serta pasien lupus atau arthritis, namun tidak ada uji klinis yang merekomendasikan hidroksiklorokuin bagi pasien yang terjangkit virus corona. Kajian terbaru melibatkan 96 ribu pasien COVID-19. Dari jumlah itu, hampir 15 ribu di antara mereka diberikan hydroxychloroquine, baik sebagai obat tunggal maupun dengan didampingi antibiotik.

Hasil kajian menyebutkan bahwa para pasien yang meninggal di rumah sakit dan mengalami komplikasi detak jantung adalah mereka yang mengonsumsi hydroxychloroquine. Tingkat kematian antara kelompok pasien COVID-19 sebagai berikut: hydroxychloroquine 18%; chloroquine 16,4%, pasien-pasien yang tidak mengonsumsi hydroxychloroquine dan chloroquine 9%.

Adapun pasien yang diberikan hydroxychloroquine atau chloroquine yang digabungkan dengan antibiotik, tingkat kematian mereka bahkan lebih tinggi. Para peneliti mewanti-wanti bahwa hydroxychloroquine sebaiknya tidak diberikan di luar uji klinis.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru