Warga Afghanistan Mengaku Lebih Takut Mati Kelaparan Daripada Karena Terinfeksi Corona
Dunia

Afghanistan menyebut akan ada lebih banyak warga yang tewas akibat kelaparan jika karantina ketat corona diberlakukan, seperti yang diterapkan di banyak negara di dunia untuk mencegah penyebaran virus.

WowKeren - Warga Afghanistan rupanya lebih khawatir jika mereka meninggal akibat kelaparan dibandingkan terinfeksi virus corona (COVID-19). Dikutip dari BBC pada Jumat (29/5), Afghanistan adalah negara yang masih dilanda perang dan menghadapi banyak masalah lain di tengah terjadinya pandemi dengan sistem kesehatan yang sudah buruk.

Warga Afghanistan meninggal setiap minggu akibat perang melawan Taliban dan kelompok ekstremis seperti ISIS. Mereka menyebut akan ada banyak lagi warga yang tewas akibat kelaparan jika karantina ketat corona diberlakukan, seperti yang diterapkan di banyak negara di dunia untuk mencegah penyebaran virus.

Bukan hanya itu, aturan jaga jarak juga tak bisa diterapkan dengan benar di Afghanistan. Diketahui, masih ada banyak anak yang bekerja di jalanan untuk berjualan masker selama pandemi ini demi bisa menyambung hidup dan tetap makan. Sejumlah pekerja harian juga mengaku tak bisa berdiam diri di rumah, lantaran bantuan yang diberikan pada keluarga miskin tidak cukup untuk bertahan hidup.

"Tak ada yang membantu, bahkan dengan sepotong roti," keluh salah satu warga. "Saya takut kelaparan. Virus corona tak akan membunuh kami, tapi sudah pasti kami akan mati karena kelaparan."

"Sebanyak 12,4 juta orang terancam kelaparan dalam beberapa bulan ke depan," kata Toby Lanzer, kordinator upaya kemanusiaan PBB di Afghanistan. "Kita perlu meningkatkan upaya mempertahankan kehidupan di Afghanistan."


Afghanistan sendiri menjadi salah satu negara yang minim penanganan corona. Meski angka kasus COVID-19 di negara tersebut relatif besar, namun sejumlah pihak merasa khawatir ada lebih banyak kasus yang belum terdeteksi. Hal ini lantaran Afghanistan diketahui kekurangan alat medis yang memadai untuk melakukan tes COVID-19.

Beberapa minggu lalu, seluruh tes di semua laboratorium dihentikan karena bahan cairan laboratorium reagen habis karena pasokan global menipis. Reagen adalah substansi yang dipakai dalam tes COVID-19.

"Saya mengalami malam-malam tanpa tidur," kata Dr Rik Peeperkorn, yang memimpin World Health Organization (WHO) di Afghanistan. "Kami berhasil mendapat sejumlah kecil dan meneruskan tes dalam dua hari."

Dua bulan lalu, Afghanistan tak punya laboratorium yang mengerjakan tes COVID-19. Kini ada sembilan pusat tes didirikan dengan bantuan WHO, dengan rencana untuk mengembangkan lebih banyak lagi. "Kami perlu mengetes lebih banyak untuk memahami bagaimana virus ini menyebar," kata Dr Peeperkorn lagi. "Kami kekurangan pasokan sumber daya dan solidaritas global."

Afghanistan sendiri telah mencatatkan sebanyak 13,036 kasus COVID-19. Dari jumlah tersebut, 235 pasien dinyatakan meninggal dunia, dengan 1,209 pasien dikonfirmasi sembuh. Saat ini, Afghanistan memiliki kasus aktif sebanyak 11,592 pasien.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru