Epidemiolog Bongkar Fakta Dibalik Ledakan Kasus Corona Di Indonesia
Nasional

Solo, DKI Jakarta, hingga Jatim melaporkan adanya ledakan kasus virus corona. Epidemiolog lantas membongkar fakta terkait tingginya penyebaran COVID-19 di sejumlah wilayah itu.

WowKeren - Penyebaran virus corona (COVID-19) di Indonesia masih mencatatkan penambahan kasus yang tinggi setiap harinya. Solo dan DKI Jakarta menjadi wilayah yang ikut mencatatkan ledakan kasus virus corona dalam beberapa hari terakhir.

Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman membongkar fakta dibalik lonjakan kasus virus corona di sejumlah wilayah Indonesia. Ia menyatakan jika penambahan kasus virus corona di Tanah Air akan terus meningkat akibat banyaknya orang tanpa gejala (OTG) COVID-19.

Dicky menjelaskan dari seluruh kasus corona yang tersebar di Indonesia, 80 persen yang terinfeksi masuk kategori OTG. Dalam estimasi kasar, ia mengatakan kasus positif masih di kisaran angka 10 persen dari total kasus yang belum terdeteksi.

Sebagai contoh, Provinsi seperti DKI Jakarta dan Jawa Timur masing-masing memiliki 14.797 dan 16.877 kasus virus corona hingga 13 Juli. Dengan angka tersebut, Dicky menyakini baik DKI Jakarta maupun Jatim sesungguhnya masih ada sekitar 100 ribu kasus yang belum terdeteksi.

”Maka diperkirakan angka kasus yang belum terdeteksi sejumlah 10 kali lipat dari kasus yang dilaporkan,” ujar Dicky seperti dilansir dari CNNIndonesia, Selasa (14/7). “Artinya semisal Jatim bisa diprediksi kasar bahwa masih akan ada kasus yang harus ditemukan sejumlah 100 ribuan kasus dan demikian juga Jakarta.”


Lebih lanjut, Dicky menjelaskan jika pola kenaikan kasus tersebut sebenarnya bisa diprediksi dan diantisipasi. Hal itu dilakukan jika Indonesia terus meningkatkan testing secara masif, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Menurut Dicky, pola penambahan kasus harian di Tanah Air sendiri telah berhasil diprediksi jika akan mulai meningkat mulai Mei. Salah satu penyebabnya adalah karena banyaknya OTG yang belum terdeteksi sehingga penyebaran virus semakin cepat.

“Salah satu yang menjadi sebabnya adalah pola penambahan eksponensial yang dimiliki COVID-19 akibat banyaknya OTG yang luput dari deteksi,” jelas Dicky. “Sehingga sebagian OTG ini (20 persen) akan menjadi superspreader terhadap penambahan 80 persen kasus baru.”

Oleh sebab itu, Dicky menyarankan agar pemerintah selalu fokus dalam menerapkan strategi utama untuk mengatasi pandemi. Strategi tersebut adalah yaitu tes, lacak dan isolasi. Adapun upaya untuk mendukung strategi utama ini, antara lain peran aktif publik dengan melakukan 3M (Masker, Menjaga Jarak, Mencuci tangan).

”Kita tidak punya pilihan lain selain fokus pada strategi utama pandemi, yaitu tes, lacak dan isolasi,” tegas Dicky. “Semakin aktif dan masif hal ini kita lakukan maka kita akan meminimalisir jumlah orang yang membawa virus di masyarakat. Ini kuncinya.”

”Orang-orang berisiko tetap banyak di rumah atau kerja dari rumah. Sekolah tetap daring sampai akhir tahun,” sambungnya. “Jangan mengambil risiko yang akan berkontribusi terhadap terjadinya lonjakan kasus baik kesakitan dan kematian.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru