Kemenristek Bongkar Dampak Fatal Jika Salah Konsumsi Obat Corona
Nasional

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) baru saja membongkar dampak fatal yang bisa menimpa pasien virus corona jika sampai salah mengonsumsi obat COVID-19.

WowKeren - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) baru saja menjelaskan mengenai perkembangan terkini penanganan pasien virus corona (COVID-19) di lapangan. Kemenristek lantas mengungkap dampak fatal yang berpotensi menyerang pasien virus corona jika sampai salah minum obat kala menjalani perawatan.

Hal ini pertama diungkapkan oleh Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek/BRIN), Ali Gufron Mukti. Ia menjelaskan proses menemukan obat untuk pasien virus corona sangatlah sulit dan membutuhkan waktu yang lama.

Pasalnya, ada beragam prosedur yang harus dilaksanakan agar obat tidak menjadi racun pada tubuh. Segala prosedur yang rumit tersebut terpaksa harus dilakukan karena dinilai dapat menjaga keamanan dan nyawa pasien COVID-19.

”Menemukan sebuah obat diperlukan proses sangat panjang karena menyangkut keamanan hidup masyarakat,” ujar Ali seperti mengutip dari siaran resmi BNPB, Jumat (7/8). “Obat yang salah akan bisa menjadi racun dan berbahaya.”


Lebih lanjut, Ali menjelaskan jika ada sejumlah tahapan yang harus dilewati agar bisa diimplikasikan kepada masyarakat dengan aman dalam proses menemukan obat virus corona. Ia mengungkapkan proses pertama dalam melakukan suatu penelitian yakni presentasi kepada kolega agar hasil penelitian bisa didiskusikan bersama mengenai kelayakannya.

”Oleh karena itu, biasanya orang melakukan penelitian membuat proposal terlebih dahulu,” papar Ali. “Selanjutnya proposal harus lulus dalam uji etika kelayakan yang diuji oleh Komite Etik. Jadi tidak bisa langsung mengklaim menemukan obat. Harus ada prosedur.”

Selain itu, Ali juga mengingatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam upaya memutus rantai penyebaran wabah corona. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai inovasi yang dikembangkan para peneliti. Hingga saat ini, sudah ada 60 inovasi yang dikembangkan oleh peneliti maupun dosen Tanah Ari.

”Berbagai inovasi selama 4 bulan terakhir telah dihasilkan,” ungkap Ali. “Seperti robot perawat, rapid test kit dan lain sebagainya. Bahkan PCR yang biasanya kita impor, sekarang tidak. Peneliti Indonesia telah membuatnya.”

”Ada juga mobile laboratory dimana laboratorium bisa menghampiri masyarakat,” sambungnya. “Itu juga inovasi yang dibuat oleh anak bangsa. Terakhir ventilator canggih yang dibuat oleh UGM, yang kalau kami impor itu bisa miliaran tapi ini hanya 450 juta.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait