Kemenkes Ibaratkan Penularan COVID-19 Seperti Fotokopi, Apa Maksudnya?
Nasional

Bermula saat orang melakukan fotokopi bolak-balik, maka tampilannya akan makin buram. Kondisi yang sama juga berlaku pada COVID-19 yang seiring berjalannya waktu, gejalanya menurun.

WowKeren - Kementerian Kesehatan memiliki pandangan tersendiri terkait bagaimana pola penularan virus corona. Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Prof Abdul Kadir mengibaratkan virus corona seperti fotokopi.

Ia kemudian menjelaskan maksud pernyataannya itu. Bermula saat orang melakukan fotokopi bolak-balik, maka tampilannya akan makin buram. "Saya umpamakan COVID-19 sebagai fotokopi. Kalau ada satu teks difotokopi bolak-balik (lebih dari satu kali) maka tampilannya makin buram," kata dia melalui akun Youtube FKM Unhas, Rabu (2/9).

Kondisi yang sama juga berlaku pada COVID-19. Ketika awal mula menyebar, virus ini sangat ganas. Namun seiring berjalannya waktu, gejalanya menurun. Mirip seperti kondisi saat melakukan fotokopi, dimana semakin sering dilakukan maka hasilnya akan buram.

"Awal COVID-19 itu kan ganas sekali, tapi makin lama makin lama gejalanya kurang," tuturnya menjelaskan. "Sama kayak fotokopi, pertama kita fotokopi jelas tapi makin lama buram. Tidak ada lagi hurufnya. Itulah yang terjadi dengan COVID."


Menambahkan, ia mengimbau agar masyarakat tidak cemas terhadap penularan COVID-19. Masyarakat masih dapat beraktivitas seperti biasa namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan lebih ketat.

"Yang penting kita melakukan tatanan kehidupan baru dengan mengacu pendisiplinan protokol kesehatan," ungkapnya melanjutkan. "Bagaimana semua harus pakai masker, cuci tangan dan physical distancing."

Lebih jauh, ia menyebut Indonesia tak perlu lagi menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pembatasan sosial hanya akan menghambat perekonomian hingga bisa menimbulkan resesi. Kadir menilai perekonomian yang terhambat akan menimbulkan masalah yang lebih besar di tengah pandemi corona.

"Tidak perlu lagi kita misalnya harus lockdown, harus PSBB, enggak perlu," kata dia. "Kalau kita lockdown atau PSBB, apa yang terjadi? Ekonomi tidak bergerak, negara kita menjadi resesi."

Ia menilai penanganan pandemi yang dilakukan oleh pemerintah selama ini sudah cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada angka case fatality rate (rasio kematian) yang sudah menurun ke 4,35 persen.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru