LIPI Tanggapi Hasil Riset ITB Soal Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Pulau Jawa
Nasional

LIPI meminta agar ada penelitian lanjutan terkait hasil riset ITB dengan memperhatikan sejumlah faktor termasuk kondisi struktur zona megathrust di Selatan Jawa.

WowKeren - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) buka suara menanggapi hasil riset Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai potensi gempa di Selatan Pulau Jawa. Dalam riset itu, ITB menyebut jalur sepi gempa di Samudera Indonesia berpotensi menjadi sumber gempa besar megathrust yang memicu gelombang tsunami setinggi 20 meter.

Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI, Nugroho Dwi Hananto, mengatakan jika hal ini bisa menjadi alasan untuk meningkatkan kewaspadaan. "Riset yang dipublikasikan oleh ITB ini memberikan alasan ilmiah yang kuat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami di Samudera Hindia Selatan Jawa," kata dia dilansir CNN Indonesia, Selasa (22/9).

Nugroho kemudian menjelaskan adanya struktur gundukan memanjang di daerah palung pada kedalaman 4-5 ribu meter dari permukaan laut. Hal itu berdasarkan penelitian yang belum lama ini dilakukan.

Ia menduga kondisi tersebut yang menjadi penyebab tsunami di Kepulauan Mentawai pada Oktober 2010 silam. Yang mana, gempa yang mendahului tsunami ini termasuk gempa menengah dengan magnitudo kurang dari 8.


Tsunami besar juga sebelumnya pernah melanda pantai selatan Jawa di Pangandaran pada 2006 silam. Namun sayangnya, mekanisme tsunami ini masih belum diketahui secara pasti. "Belum diketahui dengan pasti bagaimana mekanisme detail pembangkitan dan penjalarannya," imbuh Nugroho.

Sehingga untuk ke depannya, Nugroho meminta agar penelitian geosains kelautan dilakukan secara lebih mendetail dan terstruktur. Hal ini bermanfaat untuk melakukan mitigasi bencana ke depan.

Terkait hasil riset ITB, ia meminta agar dilakukan penelitian lanjutan. Penelitian ini harus memperhatikan tiga hal yakni mencakup kondisi struktur zona megathrust di Selatan Jawa, terutama di daerah sepi gempa.

Lalu kedua adalah pemetaan dasar laut yang dilakukan dengan detail di daerah seismic gap. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan model perambatan gelombang dan landasan tsunami. Terakhir untuk mengetahui wilayah yang berpotensi membangkitkan gelombang tsunami saat terjadi gempa, perlu dilakukan penelitian struktur bawa permukaan dari daerah sepi gempa secara mendetail.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru