Kemenkeu Sebut Indonesia Sudah Resesi Sepanjang 2020, Apa Maksudnya?
Pixabay
Nasional

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu menilai Indonesia sebenarnya sudah resesi sejak awal 2020, meski pertumbuhan ekonomi baru minus di Kuartal II. Begini penjelasannya.

WowKeren - Indonesia saat ini sedang dibayang-bayangi dengan ancaman resesi, menyusul beberapa negara lain yang sudah mengalaminya terlebih dahulu. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai level minus 2,9 hingga 1 persen.

Meski berkali-kali ditekankan bahwa Indonesia belum memasuki resesi, namun rupanya Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu memiliki pandangan berbeda. Sebab Febrio menilai pertumbuhan ekonomi yang melambat dalam jangka waktu lama juga bisa dikatakan resesi, dan Indonesia rupanya sudah mengalaminya sejak awal 2020.

Menurut Febrio, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun ini stabil di sekitar 5 persen. Bahkan Presiden Joko Widodo sempat mengemukakan keinginan agar pertumbuhan ekonomi itu kian ditingkatkan sampai level 7 persen.

Namun nyatanya harapan "ambyar" karena Kuartal I 2020, Indonesia mencatatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi hingga level 2,97 persen. Bila dibandingkan dengan negara lain, situasinya memang lebih baik, namun ekonomi Indonesia mulai melambat.

Situasi kian buruk di Kuartal II 2020 dengan anjlok sampai minus 5,32 persen. Dan di Kuartal III 2020 Indonesia kembali terancam mengalami minus 2,9 persen sampai 1 persen, sehingga secara teknikal Indonesia sudah mengalami resesi.


"Kalau dilihat di Kuartal I melambat di bawah 5 persen, Kuartal II apalagi, dalam sekali. Kuartal III expect di kisaran minus 2,9 persen dan minus 1 persen," terang Febrio dalam webinar BKF, Jumat (25/9). "Berarti sudah resesi, sudah perpanjangan perlambatan ekonomi kita."

"Harapannya Kuartal IV akan membaik atau enggak ini jadi fokus ke depan," imbuh Febrio, dilansir dari Kumparan. "Kita sudah resesi sepanjang tahun sebenarnya."

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa resesi ini dialami oleh banyak negara dan semua disebabkan oleh pandemi COVID-19. "(Bahkan) sampai sekarang belum ada tanda-tanda perbaikan (COVID-19)," tuturnya.

Situasi ini memaksa Indonesia mengalami defisit APBN yang terdalam sepanjang sejarah, yakni melebar sampai 6,34 persen dari PDB. Kendati demikian, masih ada harapan agar kondisi perekonomian di Kuartal IV mulai pulih, diikuti pada tahun-tahun berikutnya.

"2021 ambisi kita harapannya pulih lebih cepat, minimal di 4,5 persen target sampai 5,5 persen," pungkasnya. Harapannya juga pada 2023 defisit anggaran akan kembali mengecil sampai kembali di bawah 3 persen PDB.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru