Kasus COVID-19 Tertinggi se-Asia Tenggara, Testing RI Rupanya Kalah Jauh dari Filipina
pixabay.com
Nasional

rasio tes di Indonesia hanya berada di angka 14.343 per 1 juta penduduk, jauh lebih rendah dibanding Filipina yang sudah berhasil testing ke 38.796 per 1 juta penduduknya.

WowKeren - Indonesia baru saja menyalip tetangganya, Filipina, dalam mencatat kasus corona. Pada Kamis (15/10) kemarin, Indonesia kembali mencatat penambahan kasus positif sebesar Rp 4.411.

Dengan begitu, jumlah total kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 349.160 orang. Yang mana, angka ini membuat Indonesia mengalahkan kasus COVID-19 di Filipina. Artinya, Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang mencatat kasus tertinggi.

Sementara itu, Filipina mencatat 348.698 kasus COVID-19 setelah bertambah sebanyak 2.261 dari hari sebelumnya. Tak hanya kasus aktif, Indonesia juga mencatat angka kematian tertinggi di Asia Tenggara. Angkanya nyaris dua kali lipat dari Filipina yang berada di posisi kedua.

Dilansir Worlometers, angka kematian Indonesia tercatat 12.268 sedangkan Filipina 6.497. Lalu secara rasio, kematian corona di Indonesia juga masih tinggi, yakni 3,5 persen. Masih di atas rata-rata dunia di angka 2,82 persen.


Tak hanya itu, rasio tes Indonesia rupanya masih kalah jauh dari Filipina. Secara nasional, rata-rata rasio tes di Indonesia hanya berada di angka 14.343 per 1 juta populasi penduduk. Angka ini jauh lebih rendah dibanding Filipina yang sudah berhasil melakukan testing ke 38.796 per 1 juta penduduknya.

Hingga kini, total jumlah tes yang sudah dilakukan Indonesia adalah 3,935,112. Lagi-lagi masih kalah dari Filipina yang sudah berada di angka 4,267,571.

Rendahnya jumlah tes ini juga sudah diakui oleh Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito. Rendahnya rasio tes ini tentu bukan tanpa alasan. Ada sejumlah faktor terutama faktor demografi. Kendati jumlah tes sudah terus ditingkatkan namun masih belum mencapai titik yang memuaskan.

"Dan tentu faktor jarak, alam, dan demografi kita ini perlu dinaikkan mobilitas, transportasinya untuk penyebaran logistik dan reporting," kata Wiku. "Agar bisa dilaporkan ke publik dan pemerintah."

Rendahnya tes juga disebabkan karena masih terbatasnya fasilitas reagen. "Kita perlu kerja sama semua, termasuk seperti negara-negara lain untuk meningkatkan PCR test dan fasilitas reagen," sambungnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru