Pemerintah RI Butuh 246 Juta Vaksin Corona, Bio Farma Disebut Cuma Bisa Produksi 30 Juta Per Tahun
Instagram/biofarmaid
Nasional

Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN sekaligus Ketua Satgas Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Budi Gunadi Sadikin, dalam rapat bersama DPR RI.

WowKeren - Wakil Menteri BUMN sekaligus Ketua Satgas Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan bahwa pemerintah kini dihadapkan dengan persoalan produksi vaksin corona massal. Bio Farma disebutnya hanya sanggup untuk memproduksi 30 juta dosis vaksin corona per tahun, sedangkan pemerintah membutuhkan 246 juta dosis dalam waktu 13 bulan.

"Berdasarkan informasi pertama, bottle neck-nya bukan di titik vaksinasi, bukan di kemampuan vaksinasi. Tapi lebih di kemampuan produksi vaksinnya. Indonesia sering melakukan vaksinasi sehingga kemampuan vaksinasi sudah terbangun," ungkap Budi dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI pada Kamis (10/12). "Karena kemampuan (produksi vaksin), seingat saya Bio Farma 30 juta per tahun. (Padahal) sekarang kita harus distribusikan 246 juta vaksin dalam 13 bulan."

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto lantas menugaskan Satgas untuk mengadakan vaksin dari luar negeri untuk menutupi kekurangan tersebut. Budi mengungkapkan bahwa Indonesia kini telah mengamankan 155 juta dosis vaksin dari kebutuhan 246 juta.

"Kami juga diberi tugas pengadaan vaksin oleh Pak Menkes dan status sekarang jumlah yang confirm order ada 155 juta, dari kebutuhan 246 juta," terang Budi. "Dan kami memiliki potensi pengadaan 116 juta tambahan, sehingga totalnya confirm order dan potensi yang sudah disiapkan tahun depan 271 juta dosis vaksin. Ini sedikit di atas 246 juta dosis yang dibutuhkan."


Namun demikian, Budi memastikan bahwa pemerintah Indonesia hanya memesan vaksin corona dari produsen yang berada dalam daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan telah menjalani uji klinis tahap akhir. Hal ini dilakukan demi memastikan keamanan dan efikasi (tingkat efektivitas) vaksin tersebut.

"(Vaksin yang dipesan) ini adalah (berasal dari) semua produsen yang ada di list WHO, dan sudah masuk tahap clinical trial 3," jelas Budi. "Beberapa di antaranya dalam tahap akhir EUA (izin penggunaan darurat) di daerah mereka."

Adapun proses pengadaan vaksin ini disebut Budi membutuhkan waktu yang cukup lama. Kebutuhan 246 juta dosis vaksin corona ditargetkan terpenuhi pada 2022 mendatang.

"Jadi kami masih membutuhkan sampai Januari 2022 untuk bisa memenuhi pengadaan vaksin yang ditugaskan Menkes," pungkas Budi. "Kami akan terus usaha keras supaya bisa mempercepat pengadaan vaksin, sehingga vaksinasi bisa dilakukan lebih cepat."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait