Joe Biden Resmi Jadi Presiden AS, Bagaimana Nasib Ekonomi RI?
Nasional

Pergantian Presiden Amerika Serikat (AS) dari Donald Trump ke Joe Biden dinilai berdampak kepada nasib ekonomi RI. Hal ini dijelaskan oleh salah satu ekonom senior Faisal Basri.

WowKeren - Jabatan Presiden Amerika Serikat (AS) telah resmi diemban oleh Joe Biden pada Rabu (20/1) waktu setempat. Dengan pergantian presiden baru tentu kebijakan pun akan berganti.

Ekonom UI Fithra Faisal Hastiadi pun memperkirakan pergantian kepemimpinan AS ini akan berdampak positif bagi Indonesia. Ini bisa dilihat dari rencana kerja Biden, baik selama kampanye ataupun kala menyusun strategi menjelang masuk ke Gedung Putih.

Salah satunya, berkaitan dengan rencana menggelontorkan paket stimulus sebesar USD 1,9 triliun demi membantu Negara Bagian AS untuk bertahan dan pulih dari dampak pandemi corona. Belajar dari krisis sebelumnya pada 2008 silam,Fithra menyebut stimulus memiliki efek rembesan (spillover) ke negara berkembang, tak terkecuali Indonesia.

Pasalnya, stimulus akan memicu kepercayaan pasar akan perbaikan fundamental AS. Imbasnya, taipan AS atau 20 persen orang terkaya mereka bakal mulai menyuntikkan dananya di pasar berkembang.

Mereka yang merupakan investor raksasa ini tak kekurangan modal. Justru mereka kecipratan pertumbuhan pasar modal AS yang naik pesat selama pandemi COVID-19.

Tapi, dana tidak dikeluarkan karena mereka menunggu kebijakan pemerintah AS. Dengan dikeluarkannya stimulus maka akan ada 'alasan' para taipan mulai yakin menanamkan modalnya. "Stimulus tidak hanya positif di AS tapi pada akhirnya membuat market confident, sehingga membuat orang-orang yang memiliki modal kemudian masuk ke emerging market," terangnya.


Selama Trump menjabat, Indonesia kerap diuntungkan. Misalnya, saat AS melancarkan perang dagangnya dengan Tiongkok. Adanya 'perang' tersebut membuat Indonesia mendapat limpahan dari relokasi pabrik AS yang minggat dari Negeri Tirai Bambu. Namun, keuntungan yang didapat masih belum signifikan.

Meski tak sekonkret Trump, namun Fithra menilai Biden juga tertarik bekerja sama dengan Indonesia. Pasalnya, AS tidak akan mau kehilangan pengaruhnya di Indonesia. Apalagi melihat besarnya investasi dari rivalnya, Tiongkok yang masuk dalam 3 besar investor terbesar di Indonesia.

"Di saat ini yang dibutuhkan adalah kepastian, bukan gejolak karena bagaimanapun meski ada dampak positifnya tapi selama trade war yang bisa menangkap peluang terbesar justru Vietnam, bukan kita," imbuhnya.

Sementara itu, Ekonom Senior Faisal Basri menilai kemenangan Biden tak akan lebih menguntungkan Indonesia. Dia menyebut Biden memiliki kebijakan fiskal dan moneter yang berlawanan dengan Trump.

Faisal menyebut Trump yang senang mencetak uang untuk pembiayaan anggaran negara menguntungkan RI karena saat dolar AS melemah, rupiah terdongkrak tanpa harus memeras keringat. Ini berbeda dengan kebijakan Demokrat yang lebih berorientasi jangka panjang. "Partai Republik kerjanya stimulus, cetak uang sehingga dolar AS merosot dan rupiah menguat tanpa usaha," katanya pada Diskusi Online beberapa waktu lalu.

Demokrat, katanya, terkenal lebih 'ribet' dalam persyaratan bisnis bilateral. Menurut dia itu karena dalam menjalin hubungan bilateral, Demokrat kerap memasukkan isu kemanusiaan (human rights) dan energi terbarukan. Ini jauh berbeda dengan Trump yang tak memusingkan hal-hal tersebut dan cenderung menekankan keuntungan bisnis semata. Adapun alasan lain yang kemenangan Biden 'merugikan' RI adalah kehati-hatian Demokrat dalam menahan defisit fiskal.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait