Ragam Dugaan Motif Bom Bunuh Diri di Makassar: Balas Dendam JAD Sampai Aksi Sakral Jelang Ramadhan
Wikipedia.org/Gegana
Nasional

Pengamat terorisme ikut memberikan pendapat perihal aksi bom bunuh diri Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3) kemarin, termasuk menduga motivasi di balik kejahatan tersebut.

WowKeren - Ledakan bom bunuh diri terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3) pagi. Pada peristiwa itu dilaporkan sejumlah umat dan petugas keamanan menderita luka-luka, sedangkan pelakunya ditemukan tewas di tempat.

Teror bom ini sontak menyita perhatian dan memicu munculnya beragam pendapat. Termasuk dari pengamat terorisme Universitas Malikussaleh Aceh, Al Chaidar, yang sepakat dengan polisi bahwa pelaku bom bunuh diri merupakan bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulat (JAD) yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Ia menyoroti pola pengeboman sebelumnya yang juga menyasar gereja Katolik, seperti di Surabaya Jawa Timur pada 2018 silam, atau di Jolo Filipina pada 2019. Perihal motivasinya, dituturkan Al Chaidar kemungkinan karena balas dendam atas penangkapan puluhan anggota JAD dan tewasnya dua bagian kelompoknya oleh Densus 88 Antiteror di Makassar pada awal Januari kemarin.

"Jadi daripada tertangkap atau tewas, maka mereka segera melakukan serengan amaliyah," tutur Al Chaidar kepada BBC Indonesia, Minggu (28/3). "Mereka menyasar gereja karena kelompok Wahabi Takfiri yang christophobia atau tidak menyukai orang-orang non-Muslim."


Perihal JAD yang menjadikan tempat ibadah untuk melakukan teror juga disepakati atau oleh pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah. Namun alih-alih sebagai balas dendam, Syauqillah memiliki pendapat lain, yakni aksi amaliyah dilakukan dalam rangka "menyambut" bulan Ramadhan.

Sebagai informasi bulan Ramadhan akan dimulai pertengahan bulan April mendatang. Dan sebagaimana diketahui pula, bulan Ramadhan identik dengan dilipatgandakannya pahala bagi umat Muslim yang melakukan kebaikan.

"Mereka menganggap bulan suci Ramadhan adalah waktu yang tepat karena di bulan-bulan inilah amal dilipatgandakan," terang Syauqillah, dikutip pada Senin (29/3). "Ini bulan yang sakral untuk kelompok itu."

Syauqillah lantas mengambil contoh tindak pengeboman di pos pengamanan Tugu Kartasura, Sukoharjo pada 2019 lalu yang terjadi menjelang bulan Ramadhan. Yang pasti, kedua pengamat terorisme ini sepakat penangkapan besar-besaran teroris tak akan menghentikan aksi semacam ini di Indonesia.

Pasalnya saat ini anggota kelompok JAD di Sulsel sendiri cukup banyak, belum ditambah dengan mereka yang sudah tersebar di berbagai provinsi. "Melihat persebaran jumlah mereka, akan ada serangan lain di pelbagai tempat dan kemungkinan di tempat-tempat yang ada Gereja Katedral-nya, apakah di Medan, Palembang, dan sebagainya," papar Al Chaidar.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru