Wapres Ma'ruf Amin Buka Suara Alasan Pemerintah Geser Hari Libur Maulid Nabi
Twitter/Kiyai_MarufAmin
Nasional

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis sempat melontarkan kritikan bahwa langkah pemerintah untuk menggeser hari libur keagamaan sudah tidak lagi relevan.

WowKeren - Pemerintah telah mengumumkan untuk menggeser tanggal merah 19 Oktober untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi pada 20 Oktober. Namun keputusan pemerintah ini mengundang pertanyaan dari masyarakat.

Pada Minggu (17/10), Wakil Presiden Ma'ruf Amin akhirnya buka suara menjawab pertanyaan tersebut. Ia mengatakan pemerintah memutuskan menggeser hari libur untuk mencegah kemungkinan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia.

"Kami menggeser itu untuk menghindari orang memanfaatkan hari kejepit itu, sehingga orang keterusan (liburan). Oleh karena itu, kami coba (menggeser) itu, walaupun memang (kasus COVID-19) sudah rendah, tapi kita tetap antisipatif," ujar Wapres Ma'ruf Amin di sela-sela kunjungan kerjanya di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Wapres Ma'ruf Amin kemudian membandingkan kondisi Indonesia dengan kasus yang terjadi di Indonesia. Ketika pemerintah India bersikap lengah sedikit, maka terjadi lonjakan kasus COVID-19 yang luar biasa di sana.

"India itu kan, ketika dia sudah rendah kemudian terjadi pelonggaran-pelonggaran bahkan ada acara keagamaan akhirnya naik lagi. Kita tidak ingin itu terulang di kita Indonesia," imbuh Wapres Ma'ruf Amin.


Di lokasi yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy juga menyampaikan bahwa riset yang sudah dilakukan menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat dalam memanfaatkan hari "kejepit" untuk memperpanjang libur.

"Jadi mengenai penggeseran libur hari besar keagamaan itu memang pertimbangannya semata-mata adalah untuk menghindari masa libur yang panjang. Karena di celah antara hari libur dengan libur reguler itu ada hari kejepit yaitu hari Senin," kata Muhadjir.

Muhadjir menjelaskan bahwa Indonesia sudah memiliki pengalaman setiap ada libur panjang pasti diikuti dengan pergerakan masyarakat besar-besaran dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini bisa memicu terjadi lonjakan kasus COVID-19.

"Dan memang banyak yang menyatakan ini kan sudah mulai turun, ya justru dengan keadaan turun itu kita tidak ingin main-main lagi karena kita sudah pengalaman setiap turun kemudian kita membiarkan libur panjang tanpa ada intervensi kebijakan itu akan diikuti dengan kenaikan kasus," ungkap Muhadjir.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis sempat melontarkan kritikan bahwa langkah pemerintah untuk menggeser hari libur keagamaan untuk membatasi mobilitas warga sudah tidak lagi relevan. Cholil menyinggung bahwa berbagai hajatan nasional belakangan ini sudah mulai digelar padahal masih dalam situasi pandemi COVID-19.

(wk/amal)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait