KCIC Bahas Kendala Tanah Lempung di Pengerjaan Terowongan Kereta Cepat: Titik Tersulit
Pixabay/john_loannidis
Nasional

Pembangunan proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung kembali mengalami kendala. Kali ini kendala datang dari strukur tanah lempung yang mudah runtuh di titik pengerjaan terowongan Tunnel 2.

WowKeren - Kondisi geografis tanah menjadi salah satu kendala dalam proses pembangunan proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung. Tapi PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) memastikan pengerjaan terowongan Tunnel 2 untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang terganggu kondisi tanah lempung, sudah melibatkan para ahli. Ia mengatakan penanganan hambatan geografis tersebut telah melibatkan ahli dari Cina serta Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Para ahli dari Tiongkok dan ITB tersebut akan dimaksimalkan untuk transfer knowledge kepada seluruh pekerja kereta cepat di titik konstruksi," ujar Presiden Direktur KCIC Dwiyana Slamet Riyadi dalam pernyataannya, Kamis (13/1) di Jakarta.

Sebelumnya, pengerjaan Tunnel 2 yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat, menjadi salah satu titik konstruksi yang mempunyai tantangan tinggi karena berada di tanah lempung (clay shale). Jenis tanah tersebut mempunyai karakteristik yang mudah lapuk apabila terekspos saat penggalian, sehingga berpotensi menimbulkan pergerakan konstruksi timbunan maupun jalan yang terdapat di atasnya. Pihaknya mengakui bahwa Tunnel 2 memang menjadi salah satu titik tersulit.

"Tunnel 2 memang salah satu titik tersulit. Lokasinya berada di area clay shale yang karakteristik tanahnya mudah lapuk apabila terekspos saat penggalian berlangsung. Untuk itu, diperlukan kehati-hatian dalam pengerjaannya dan tidak bisa dilakukan secara terburu-buru," ungkap Dwiyana.


Lebih lanjut, Dwiyana menjelaskan bahwa tenaga ahli berpengalaman didatangkan untuk membantu bagian permukaan terowongan. Pasalnya mereka telah menguasai metode grouting yang selama ini dipakai untuk mengerjakan beberapa proyek terowongan kereta cepat.

"Kami akui bahwa dalam pengerjaan Tunnel 2 yang berada di area clay shale membutuhkan penanganan khusus. Dikarenakan pengerjaan menggunakan metode grouting, kami mengumpulkan para ahli tunnel yang menguasai grouting untuk membantu memperkuat permukaan terowongan," ujarnya.

Dwiyana pun memastikan tantangan geografis itu bisa diatasi dengan kerja sama tersebut. Saat ini pun proses pengerjaan berangsur membaik dan pengerjaan bisa mencapai 1,2 meter hingga 3 meter per hari.

"Kami berupaya optimal agar pembangunan Tunnel 2 ini berjalan lancar, memiliki kualitas baik, aman serta dapat selesai sesuai dengan target yang direncanakan," pungkasnya.

Hingga Desember 2021, pengerjaan terowongan sepanjang 1.052 meter ini sudah mencapai 67 persen. Dengan sisa pengerjaan yang masih ada, transfer knowledge dari keterlibatan para ahli tunnel diharapkan dapat membantu percepatan konstruksi yang keseluruhannya sudah mencapai 79 persen.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait