Rupiah Melemah Dibayangi Inflasi Global, Menko Airlangga: Konflik Rusia-Ukraina Belum Berimbas ke RI
Instagram/ airlanggahartarto_offici
Nasional

Konflik yang berkepanjangan antara Rusia dengan Ukraina tampaknya mulai membawa dampak secara global. Di antaranya adalah berdampak pada kehidupan perekonomian dunia.

WowKeren - Dengan adanya kenaikan inflasi global, maka juga berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah yang melemah pada Kamis (24/3) pagi. Kurs rupiah diketahui bergerak melemah 21 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.368 per USD, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya yakni Rp14.347 per USD.

"Nilai tukar rupiah masih berpeluang mengalami tekanan terhadap dolar AS hari ini karena kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi global," ujar pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada Liputan6.com, Kamis (24/3).

Menurut Ariston, kekhawatiran peluang melemahnya nilai tukar Rupiah itu dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah karena kerusakan jalur pipa distribusi minyak mentah dari Kazakhstan di laut hitam Rusia akibat badai. Sementara perbaikan tersebut bisa memakan waktu sekitar dua bulan.

Ariston menerangkan bahwa jalur pipa tersebut mengalirkan minyak sebanyak 1,2 juta barel per hari. Dengan adanya kerusakan itu, tentu saja akan menurunkan jumlah suplai minyak mentah dunia.

Terlebih saat ini Amerika Serikat (AS) saat ini juga tengah melobi Uni Eropa untuk ikut melarang impor minyak mentah dari Rusia dan memperbesar sanksi terhadap Rusia. Di samping itu, invasi Rusia terhadap Ukraina juga belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat.


Dengan negosiasi yang masih belum menghasilkan kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, menurut Ariston, gangguan suplai komoditi masih akan terjadi dan pertumbuhan ekonomi global bisa terganggu karena kenaikan inflasi. Meski demikian, optimisme pemulihan ekonomi dalam negeri disebut bisa menahan pelemahan nilai tukar Rupiah.

Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa ketegangan konflik Rusia-Ukraina tidak langsung berdampak pada kenaikan inflasi dalam negeri. Pasalnya, ada jeda imbas yang lama untuk memengaruhi Indonesia.

"(Inflasi) Ini masih belum berimbas karena transmisinya (lambat)," tutur Airlangga saat meninjau Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, Kamis (24/3). Airlangga lantas menjelaskan tingkat inflasi Indonesia saat ini diperkirakan masih rendah.

Menurut Airlangga, hal tersebut tercermin dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Februari, yang masih mengalami deflasi. Padahal invasi yang dilakukan oleh Rusia saat itu terjadi di pertengahan bulan Februari, namun tidak memengaruhi inflasi di Indonesia.

Airlangga pun memperkirakan tingkat inflasi Indonesia di bulan Maret akan mengalami sedikit kenaikan. Mengingat tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat, terutama menjelang bulan Ramadhan.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru