Invasi Rusia Terhadap Ukraina Jadi Ancaman Bagi Ekonomi AS, Biden Siapkan Strategi Penguatan
Dunia

Dampak dari invasi tidak hanya dirasakan oleh Rusia dan Ukraina, tetapi juga banyak negara di dunia, tak terkecuali Amerika Serikat. Kini Biden dihadapkan dengan ancaman kemerosotan ekonomi.

WowKeren - Invasi Rusia terhadap Ukraina hingga saat ini belum juga berakhir. Invasi ini pun ini menyebabkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan di kedua negara tersebut. Tidak hanya itu, bahkan juga mempengaruhi kehidupan perekonomian banyak negara di dunia.

Seperti yang terjadi pada ekonomi Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS saat ini diketahui tidak hanya menghadapi ancaman invasi Rusia ke Ukraina, tetapi juga tagihan bahan makanan yang tinggi, lonjakan harga bensin, rantai pasokan yang terpecah, pandemi COVID-19 yang belum juga berakhir, hingga kenaikan suku bunga yang memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden bertaruh ekonomi di negaranya cukup kuat untuk menahan ancaman tersebut. Meski demikian, juga ada kekhawatiran yang berkembang akan kemerosotan ekonomi yang nantinya bisa saja datang di antara para pemilih dan beberapa analis Wall Street.

Selain itu, dalam beberapa bulan ke depan, Biden disebut akan diuji apakah membangun pemulihan tahan lama yang penuh dengan pekerjaan dengan paket bantuan sebesar USD1,9 triliun tahun lalu, atau ekonomi yang dipenuhi oleh bantuan pemerintah yang dapat mengarah ke penurunan.


Di samping itu, hal yang bakal dipertaruhkan bagi Demokrat menjelang pemilihan paruh waktu adalah apakah pemilih melihat secara langsung dalam hidup mereka bahwa inflasi dapat dijinakkan dan ekonomi dapat berjalan dengan baik tanpa terlalu panas.

Sebelumnya, Brian Deese selaku Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih mengatakan bahwa tingkat pengangguran 3,6 persen dan pertumbuhan kuat tahun lalu menempatkan AS di tempat yang aman dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

"Pertanyaan intinya adalah apakah kekuatan ekonomi AS sekarang menjadi aset atau kewajiban," ujar Deese kepada wartawan, dikutip Jumat (8/4). "Apa yang telah kami lakukan selama 15 bulan terakhir didorong oleh pemulihan ekonomi unik yang kuat di Amerika Serikat, yang menempatkan kami secara unik untuk menghadapi tantangan di depan."

Meski demikian, pihak lainnya disebut melihat ekonomi AS yang dapat diperjuangkan untuk mempertahankan pertumbuhan sambil mengurangi infalsi yang sekarang diketahui berjalan pada level tertinggi 40 tahun yakni sebesar 7,9 persen.

Sementara itu, Federal Reserve telah mengisyaratkan serangkaian kenaikan suku bunga acuan dan kebijakan lain untuk memperlambat inflasi tahun ini, namun invasi Rusia ke Ukraina telah mengacaukan pasar energi dan pangan global dengan cara yang dapat mendorong harga naik.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait