Disebut-Sebut Minim Bencana, BMKG Ungkap Kaltim Berpotensi Dilanda Tsunami Kiriman
Nasional

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa Penajam Paser Utara maupun Kuker berpotensi dilanda tsunami kiriman karena memiliki daerah pesisir.

WowKeren - Pemerintah akhirnya menetapkan Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota yang baru. Keputusan tersebut tentunya diambil setelah melalui banyak pertimbangan matang. Salah satunya terkait potensi bencana.

Kalimantan disebut-sebut memiliki potensi bencana yang relatif kecil dibanding wilayah lainnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan lokasi ibu kota baru di Provinsi Kalimantan Timur relatif aman dari gempa.

Berdasarkan peta zonasi gempa di Indonesia, Pulau Kalimantan paling sedikit mengalami gempa. Jika merujuk pada data BMKG yang merupakan hasil penelitian selama puluhan tahun, bisa dibilang bahwa hampir tidak ada gempa di Kalimantan. Meski demikian, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa masih ada pusat gempa di Kalimantan pada masa lalu.

"Hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali yang ’bersih’ itu Kalimantan," kata Dwikorita di DPR RI, Selasa (27/8). "Artinya di Kalimantan masih ada pusat gempa pada masa lalu. Tapi jumlahnya jauh lebih sedikit."


Dibanding pulau Sulawesi, struktur batuan yang dimiliki Kalimantan relatif lebih stabil. Kondisi ini memberikan keuntungan tersendiri bagi Kalimantan, dimana struktur bebatuan tersebut mampu meredam getaran yang ditimbulkan akibat gempa. "Ini sudah diselidiki termasuk oleh BMKG. Saat ada gempa, bebatuan di sana sudah kompak stabil meredam getaran," ujar Dwikorita.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi telah mengumumkan dua kabupaten yang akan menjadi lokasi ibu kota baru, yakni Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Menurut Dwikorita, kedua wilayah tersebut memiliki potensi tsunami.

Namun, tsunami yang dimaksud hanyalah tsunami kiriman, yakni hanya imbas dari tsunami yang terjadi di daerah sekitarnya. Dwikorita kemudian mencontohkan ketika tsunami yang terjadi di Sulawesi.

"Tsunami kiriman, semisal kalau ada gempa dan tsunami di daerah Sulawesi," jelas Dwikorita. "Jadi lebih mudah terdeteksi kapan kedatangan gelombang tsunami itu di bibir pantai pesisir Kaltim."

Tsunami tersebut diperkirakan baru akan datang selang waktu 20 menit dari pusat terjadinya gelombang. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pusat gempa di dua lokasi tersebut. "Jadi, waktu 20 menit itu cukup untuk kami melakukan evakuasi. Sistem peringatan dini tsunami tetap diadakan di Kaltim," pungkas Dwikorita.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait