Giant Tutup Toko Hingga PHK Bukalapak Jadi Tanda Daya Beli Lesu?
Nasional

Giant Poins Square kini tengah mengobral habis barang dagangannya mulai 1 Agustus hingga 29 September 2019, setelah itu gerai tersebut akan ditutup. Sebelumnya, 6 gerai Giant juga telah tutup pada Juli 2019 lalu.

WowKeren - Giant yang dikelola oleh PT Hero Supermarket Tbk kembali menutup satu gerainya. Gerai Giant yang kali ini gulung tikar terletak di Poins Square, Jakarta.

Giant Poins Square kini tengah mengobral habis barang dagangannya mulai 1 Agustus hingga 29 September 2019, setelah itu gerai tersebut akan ditutup. Sebelumnya, PT Hero Supermarket juga telah menutup 6 gerai Giant pada 28 Juli 2019 lalu.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, salah satu startup e-commerce Indonesia, yakni Bukalapak, memutuskan hubungan kerja ratusan karyawan mereka. Selain itu, Bukalapak juga menutup dua cabang di Surabaya dan Medan.

Fenomena ini lantas ditanggapi oleh ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira. Menurut Bhima, terjadi pelemahan konsumsi rumah tangga hingga adanya tekanan pada daya beli.

"Iya ada pelemahan konsumsi rumah tangga," tutur Bhima dilansir detikFinance pada Jumat (13/9). "Tapi spesifik ke kelas menengah memang ada tekanan daya beli."


Bhima menilai bahwa ada sejumlah hal yang membuat daya beli tertekan. Yang pertama adalah kekhawatiran akan kenaikan sejumlah kebutuhan masyarakat.

"Faktor utamanya karena turunnya kepercayaan konsumen kelas menengah dan atas terhadap kondisi ekonomi sehingga mereka menahan belanja," jelas Bhima. "Kekhawatiran kenaikan harga BBM, listrik dan iuran BPJS juga membuat kelas menengah irit belanja."

Selain itu, Bhima juga menilai bahwa pendapatan masyarakat berkurang lantaran tekanan global. "Tekanan ekspor karena pelemahan ekonomi global, dan investasi juga rendah memberi tekanan pada sisi pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia," tutur Bhima.

Dengan demikian, Bhima berpendapat bahwa yang terpenting dilakukan pemerintah saat ini adalah mendorong kepercayaan kelas menengah. "Jangan sembrono seperti tahun 2017 lalu waktu subsidi listrik jutaan konsumen golongan 900VA dicabut," jelas Bhima.

Tak hanya itu, pemerintah juga diminta memberi kepastian soal perpajakan. Pasalnya, pengusaha sendiri sempat dibuat kaget dengan target pertumbuhan pajak sebesar 13 persen kala ekonomi sedang lesu.

"Terakhir, ekonomi butuh stimulus yang lebih greget. Akui saja 16 paket kebijakan tidak berjalan sesuai harapan ya rombak total," pungkas Bhima. "Termasuk nanti Pak Jokowi hati-hati pilih Menteri bidang ekonomi, jangan sampai salah pilih orang dan bisa blunder ke kepercayaan investor maupun pelaku usaha."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait