Kemenkes RI: Rapid Test Antibodi yang Sudah Dibagikan Itu Validitasnya Memang Kurang
Nasional

Hal ini disampaikan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siswanto, dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI secara teleconference pada Kamis (2/4).

WowKeren - Untuk mendeteksi penyebaran virus corona (Covid-19), pemerintah melakukan rapid test atau pemeriksaan cepat massal di beberapa daerah untuk pengujian awal. Alat rapid test tersebut diprioritaskan untuk para tenaga medis dan orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19.

Alat rapid test yang selama ini digunakan oleh pemerintah Indonesia berbasis immunoglobulin atau antibodi. Namun, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa alat rapid test tersebut validitasnya kurang.

Hal ini disampaikan oleh Badan Litbangkes Kemenkes, Siswanto, dalam rapat kerja dengan Komisi IX secara teleconference pada Kamis (2/4) kemarin. "Rapid test antibodi yang sudah dibagikan itu kalau dilihat dari validitas memang kurang, tapi lumayan untuk screening," tutur Siswanto.

Sebagai informasi, rapid test merupakan metode pemeriksaan pasien berdasarkan deteksi zat antibodi untuk mengetahui apakah pasien pernah 'berkontak' atau tidak dengan virus tersebut. Orang yang menjalani rapid test dan mendapat hasil negatif pun belum tentu bebas dari virus corona.


Orang tersebut harus kembali menjalani rapid test 7-10 hari setelahnya. Pasalnya, immunoglobulin baru terbentuk 6-7 hari setelah virus menginfeksi tubuh.

Sementara itu, orang yang hasil rapid test-nya positif harus menjalani tes real time PCR atau swab tenggorokan. Hal itu untuk memastikan apakah positif Covid-19 atau tidak. "Yang paling canggih adalah PCR. ini adalah pemeriksaan biomolekuler yang canggih karena untuk deteksi gen dari virus ini," jelas Siswanto.

Di sisi lain, seorang pengusaha asal Indonesia sempat mengklaim telah berhasil mengembangkan alat rapid test virus Corona yang bisa digunakan secara mandiri. Harganya pun begitu terjangkau, yakni Rp 160 ribu per unitnya.

Pengusaha bernama Santo Purnama tersebut mengaku produknya dikembangkan di perusahaan Singapura, Sensing Self, dan sudah resmi diproduksi sejak Februari 2020 lalu. Santo mengklaim akurasi tesnya bisa mencapai 99 persen, bahkan pada hari pertama terinfeksi virus Corona. Ia juga mengaku bahwa produknya sudah diekspor sebanyak 3 juta unit ke India.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait