Daerah-Daerah Ini Masih Tak Tertarik Terapkan New Normal, Kenapa?
Nasional

Pemerintah siap menerapkan new normal di Indonesia untuk bangit dari pandemi. Namun, sejumlah daerah ini masih belum tertarik untuk menerapkan tatanan hidup baru. Kenapa?

WowKeren - Pemerintah Indonesia tengah bersiap dalam menerapkan hidup new normal di tengah pandemi virus corona (COVID-19). Hidup new normal ini dinilai Presiden Joko Widodo sebagai kebangkitan dalam melawan virus corona yang masih belum ditemukan vaksinnya.

Meski demikian, ada sejumlah daerah di Indonesia yang masih belum tertarik dalam menerapkan new normal. Daerah pertama adalah Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan jika skenario pemberlakukan new normal di wilayah pemerintahannya masih belum akan dilakukan. Pasalnya, salah satu syarat new normal adalah grafik kasus virus corona (COVID-19) di Jateng harus turun lebih dulu.

”Tapi kita belum akan melakukan normal baru dalam waktu pendek,” kata Ganjar kepada wartawan di rumah dinasnya, Semarang pada Selasa (26/5). :Kalau nanti kita melihat grafiknya masih tinggi tentu normal baru belum bisa kita terapkan.”

”Grafiknya harus turun dulu. Kalau sudah mulai turun ekstrem sampai hampir menyentuh batas bawah, nah itu normal baru bisa,” sambungnya. “Sekarang kita latihan dulu.”

Kini, Ganjar hanya akan menerapkan pelatihan new normal terlebih dulu terhadap warganya sambil menunggu grafik kasus COVID-19 semakin menurun. Ia mengatakan telah menerima panduan penerapan new normal. Namun, ia menilai jika pemerintah harus memberi contoh terlebih dahulu sebelum masyarakat menerapkannya.

Daerah kedua yang belum akan memberlakukan new normal adalah provinsi Jawa Timur (Jatim). Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menegaskan jika pihaknya sama sekali belum akan menerapkan tatanan hidup baru.


”Hari ini kita tentu belum akan menerapkan new normal,” kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (26/5). “Tetapi secara parsial kita mendiskusikan dengan berbagai kalangan secara terbatas.”

Meski demikian, Khofifah mengaku tidak menutup kemungkinan akan menerapkan new normal di Jatim. Ia akan mendiskusikan skenario tananan hidup normal baru di tengah pandemi dengan jajarannya begitu kasus COVID-19 di Jatim telah menurun.

”Nanti misalnya kalau kita akan memasuki new normal seperti apa. Format-format diskusi dan FGD secara virtual dengan melibatkan BI dan OJK serta ekonom terus dilakukan,” jelas Khofifah. “Dan kita akan menyiapkan berbagai tahapan. Saya minta ada plan A, B, C. Tetapi itu semua baru akan kita laksanakan setelah rate of transmission kita memastikan di bawah 1.”

”Jadi kita akan memastikan bahwa penurunan dari rate of transmission ini menjadi penting untuk kita menjadikan patokan kapan kita akan memulai new normal,” sambungnya. “Hari ini konsentrasi kita adalah pada penurunan penyebaran dan penghentian penyebaran.”

Selanjutnya daerah ketiga yang belum akan menerapkan new normal adalah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 NTT, Marius Ardu Jelamu menjelaskan wilayahnya belum siap new normal karena jumlah kasus yang menurutnya sedang bereskalasi.

”Sudah siap itu prediksi pemerintah pusat, bukan pemerintah daerah. Bukan karena kita merasa aman lalu kemudian siap membuka diri,” papar Marius. “Perlu hati-hati karena kabupaten-kabupaten di NTT ada yg di darat, dan yang di pulau tersendiri. Walau di darat ada yang zona hijau, bukan nggak mungkin suatu waktu akan tertular juga.”

Sementara daerah terakhir yang menyatakan belum akan menerapkan new normal adalah provinsi Sumatera Utara (Sumut). Kepala Gugus Tugas COVID-19 Doni Monardo sebelumnya mengatakan ada 16 kota atau kabupaten di Sumut siap dibuka.

Namun, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sumut, Whiko Irwan mengaku jika Sumut masih belum siap melakukan protokol new normal karena peningkatan kasus yang tinggi. “Kalau sampai saat ini, angka COVID-19 masih terus meningkat. Kalau siap nggak siap, ya belum siap juga," ujar Whiko.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru