Inovatif, Sekolah di Daerah Perbukitan Ini Bikin Kelas Online Tanpa Akses Internet
Nasional

Daerah perbukitan memang menyulitkan jangkauan sinyal internet yang merata. Oleh karenanya SMPN 6 Kota Padang Panjang berinovasi menciptakan alat bertajuk RACHEL untuk sekolah online.

WowKeren - Pandemi virus Corona menyebabkan sekolah-sekolah terpaksa memnggelar kegiatan belajar mengajar secara daring. Namun acap kali KBM jarak jauh seperti ini menemui banyak kendala, seperti dari gawai untuk mengakses kelas, kuota internet yang diperlukan, hingga kondisi geografis yang tentu saja menyulitkan jangkauan sinyal.

Hal itulah yang kemudian melatarbelakangi SMPN 6 Kota Padang Panjang menciptakan inovasi belajar daring yang tidak perlu menggunakan kuota internet. Selain gara-gara kondisi geografis yang berada di wilayah perbukitan, inovasi ini ditempuh karena orangtua dan wali siswa kebanyakan berprofesi sebagai buruh tani.

"Jika harus mempergunakan kuota internet yang dibeli tentu akan memberatkan orangtua siswa," kata Kepala SMPN 6 Kota Padang Panjang, Muji Sirwanto, Selasa (28/7). "Ditambah lagi kondisi tempat tinggal siswa di daerah perbukitan, siswa kesulitan mendapatkan sinyal."

Lantas langkah inovatif apakah yang dilakukan sekolah tersebut? Muji pun menyebut pihaknya menciptakan alat yang diberi nama Remote Area Community Hotspot for Education and Learning (RACHEL). Komponennya tersusun atas Raspberry P, adaptor, SD card 128 GB, dan penunjang lainnya, yang menampung seluruh tugas maupun pembelajaran, baik berupa video modul-modul maupun buku elektronik.


Alat RACHEL ini lantas ditempatkan di daerah yang banyak dihuni siswa dan mudah dijangkau. Sebab siswa bisa menjangkau RACHEL dengan menghidupkan wifi pada ponsel Android yang dimiliki selama berada dalam radius 150 meter.

Siswa sebelumnya diminta untuk mengunduh aplikasi RACHEL terlebih dahulu untuk kemudian bisa mengakses materi ajar beserta tugas. Nanti konten di aplikasi itu akan diperbarui oleh guru setiap pekan.

"Satu sekali seminggu siswa akan mendekati spot yang telah ditentukan untuk men-download materi dan tugas, kemudian mereka pulang mengerjakan tugas," jelas Muji, seperti dilansir dari Kompas, Rabu (29/7). "Setelah itu datang lagi untuk meng-upload tugas yang sudah dikerjakan."

Untuk pembuatan RACHEL ini, Muji mengaku merogoh kocek pribadi dengan dibantu donatur. "Dibutuhkan dana sekitar Rp 24 juta, dimana masing-masing alat membutuhkan anggaran sekitar Rp 4 juta," pungkasnya.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait