Polemik 'Zona Hijau' Surabaya, Begini Klarifikasi Pemkot
Nasional

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya M Fikser mengklarifikasi klaim Walkot Surabaya Tri Rismaharini soal 'zona hijau' yang jadi polemik.

WowKeren - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat mengklaim bahwa wilayahnya telah menjadi zona hijau COVID-19 beberapa waktu lalu. Hal ini tentunya menuai polemik baru lantaran menurut data dalam situs COVID-19 pusat, Kota Pahlawan tersebut masih berstatus zona merah.

Terkait hal ini, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya M Fikser pun mengklarifikasi pernyataan Risma tersebut. Dikutip dari Radio Suara Surabaya, Fikser menyatakan, Risma tidak pernah mengatakan Surabaya sudah zona hijau COVID-19.

Lebih lanjut, ia menjelaskan jika polemik tersebut bermula saat Risma melakukan teleconference dengan warga Gunung Anyar, Surabaya pekan lalu mengenai pembukaan kembali akses jalan Runggut Menanggal. “Ibu bicara dengan tokoh masyarakat, situasi Surabaya seperti apa," ujarnya, Selasa (4/8).

"Yang jadi rujukan website resmi Kemenkes mulai tanggal 9 Juli ke belakang, kita sudah hijau," sambungnya. "Ibu tidak bicara zona. Kondisi Surabaya berdasarkan website itu warna hijau. Artinya rate transmission-nya di bawah satu."

Ia menambahkan rate transmission rendah jika penyebaran bisa dikendalikan, tingkat kesembuhan tinggi, dan kematian bisa dikendalikan. Konteks Wali Kota berbicara saat itu untuk mengingatkan agar protokol kesehatan tetap dijaga untuk menjaga perkembangan positif tersebut.


“Itu yang ibu (Risma) sampaikan. Tidak ada bicara zona, tidak bicara lain-lain itu,” tegasnya. "Tapi perkembangan di media kan macem-macem."

Namun, saat ditanya apakah hal itu artinya Surabaya saat ini masih berada di zona merah, Fikser tidak menjawab secara langsung. “Ini (data) Kementerian Kesehatan. Lalu kita percaya mana lagi. Kita kan berpatokan dengan yang diberikan," ungkapnya.

"Ini bukan bicara zona. Kalau zona ada 15 indikator yang jadi pegangan. Ini kan bicara RT (Rate of Transmission)," paparnya. "Bukan zona. Tapi perkembangannya kan banyak yang nulis zona. Kita gak tau sumbernya dari mana."

Sebelumnya, pakar epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya sempat mengkritik klaim Risma terkait "zona hijau" di Kota Pahlawan tersebut. Ia bahkan menyamakan jika klaim tersebut seperti buah semangka.

"Hijaunya di kulit tapi sesungguhnya dalamnya merah," ujar Windhu. "Itu nanti malah menyesatkan, masyarakat akan keluyuran dan justru berbahaya."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait