BPS Prediksi Pemulihan Sektor Wisata Akibat Pandemi Akan Sangat Lama Karena Alasan Ini
Nasional

Tak hanya turis mancanegara, pergerakan wisatawan dalam negeri pun juga dinilai lambat. Sehingga pemulihan sektor wisata akan membutuhkan waktu yang lama

WowKeren - Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia. Menurut Kepala BPS Suhariyanto, pemulihan sektor wisata di Indonesia akan memerlukan waktu yang sangat lama.

Bukan tanpa alasan, hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Bukan hanya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Indonesia saja namun juga negara lain. Sebab sejak pandemi ini menyebar dan menginfeksi dunia, banyak negara yang memberlakukan larangan perjalanan bagi warganya.

Oleh sebab itu, pemulihan wisata di Indonesia juga bergantung pada kebijakan travel warning dari negara lain. "Untuk (sektor) pariwisata akan butuh waktu recovery yang sangat lama, lama sekali," kata Suhariyanto dalam rapat kerja bersama dengan DPR RI Komisi XI, Rabu (2/9).

Pandemi COVID-19 yang memukul sektor wisata turut berimbas pada lesunya industri penerbangan. Akibat adanya pembatasan perjalanan membuat pesawat sepi penumpang.


Kendati demikian, Suhariyanto menilai jika sektor transportasi sudah mulai menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Meski masih jauh jika dibandingkan kondisi normal, ia mencatat penerbangan mengalami peningkatan, dari 0,09 juta penumpang pada Mei 2020 menjadi 1,46 juta penumpang pada Juli 2020.

"Sudah ada peningkatan tapi kembali lagi catatannya masih jauh dari normal," lanjut Suhariyanto. "Karena angkutan udara masih 79 persen di bawah posisi Juli 2019."

Selama Juli, tercatat jumlah wisatawan di Indonesia ada 159.000. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah ini turun drastis hingga 89 persen. Tak hanya turis mancanegara, pergerakan wisatawan lokal pun juga lambat. Sehingga sekali lagi, pemulihan sektor wisata akan membutuhkan waktu yang lama.

Ia melanjutkan, hingga Juli 2020, mobilitas di tempat transit tercatat masih 35,5 persen di bawah kondisi normal. "Ini perlu mendapat perhatian karena sektor yang mengalami kontraksi paling dalam pada kuartal II/2020 adalah transportasi," katanya.

Sementara itu, Bali yang sedianya akan membuka pintu pariwisata untuk turis asing pada 11 September mendatang masih belum bisa terlaksana. Hal ini tak lepas dari kondisi penularan COVID-19 di sana yang masih fluktuatif.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru