Pemerintah Pangkas Libur Akhir Tahun, Epidemiolog: Bukan Masalah Berkurangnya Hari
Nasional

Kebijakan yang dibuat pemerintah sebaiknya juga tidak saling bertolak belakang. Misalkan di satu sisi mengurangi jumlah hari libur namun di sisi lain justru mengobral harga tiket.

WowKeren - Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, merespons keputusan pemerintah yang memangkas jumlah libur panjang akhir tahun. Menurutnya, langkah ini belum cukup untuk menekan penambahan kasus COVID-19. Sebab, inti dari permasalahan adalah bukan pada jumlah hari.

"Inti dari pengendalian dan mencegah keburukan dari pandemi itu, bukan masalah berkurangnya hari sebetulnya," kata Dicky dilansir CNN Indonesia, Rabu (2/12). "Tapi membatasi mobilitas orang membatasi interaksi orang."

Tak cukup jika hanya mengurangi hari. Pemerintah juga harus memiliki kebijakan turunan untuk mendukung kebijakan tersebut. Sebab, mengurangi jumlah libur tak serta merta akan bisa membuat masyarakat tidak bepergian.

Selain itu, kebijakan yang dibuat pemerintah sebaiknya juga tidak saling bertolak belakang. Misalkan di satu sisi mengurangi jumlah hari libur namun di sisi lain justru mengobral harga tiket. Yang mana, obral harga tiket akan memicu masyarakat untuk ingin bepergian.


"Jadi ada mekanisme yang dibuat," tambahnya. "Misalnya untuk memastikan karyawan tidak pulang kampung atau keluar daerah. Dan Pemda juga harus mengikuti begitu."

Kebijakan pemerintah sebaiknya harus bisa membuat masyarakat berdiam diri di rumah. Dengan begitu, kasus COVID-19 tidak akan semakin menular tak terkendali. Membatasi mobilitas penduduk menurut Dicky adalah cara yang sangat efektif untuk meredam penularan virus. Namun sayangnya, pemerintah masih belum berhasil melakukannya.

Pasalnya, meskipun libur hanya sehari saja bisa menularkan virus jika orang-orang terus bepergian. "Walaupun hanya satu hari liburnya, kalau orang itu mobile, ke mana-mana, sama saja," ujar Dicky.

Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah. Menurutnya, saat liburan masyarakat cenderung akan memanfaatkan waktu tersebut yang mana sangat berpotensi memicu kerumunan.

Jelas tidak akan efektif memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Malah justru ini nanti bisa saja terjadi ledakan," ujarnya. "Karena hari libur yang pertama itu nanti orang akan memanfaatkan waktu libur yang ada sehingga berpotensi terjadi kerumunan."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait