Kasus Corona Varian E484K Dari Jepang Dilaporkan Sudah Masuk Indonesia
Pixabay
Nasional

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa pengendalian mutasi COVID-19 akan terus dilakukan dengan cara vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan.

WowKeren - Varian virus corona (COVID-19) baru lagi-lagi ditemukan di Indonesia. Kali ini, Kementerian Kesehatan melaporkan satu kasus varian E484K atau EEK dari Jepang.

"Ini kasus pertama untuk varian E484K ya," ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada media CNN Indonesia, Senin (5/4). "Kita sedang lakukan pelacakan kasus kontak ya."

Menurut Nadia, pihaknya masih melakukan penelusuran lebih lanjut terkait lokasi dan status konfirmasi kasus varian baru tersebut. Ia pun menegaskan bahwa pengendalian mutasi COVID-19 akan terus dilakukan dengan cara vaksinasi corona dan penerapan protokol kesehatan ketat.

"Kita ketahui vaksin dan protokol kesehatan merupakan cara yang masih sangat efektif untuk mengendalikan penularan mutasi COVID-19," terang Nadia.


Sebelumnya, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, telah melaporkan adanya satu kasus E484K di Indonesia. Amin mengaku mengetahui hal tersebut melalui GISAID, lembaga yang melakukan pemantauan dan melaporkan hasil pemeriksaan genome sequencing untuk melacak mutasi corona.

"Itu (kasus E484K) sebelumnya memang ada di Inggris juga. Tapi ada juga di Brasil dan belakangan muncul di Jepang ada 10 kasus," papar Amin. "Cuma di Indonesia baru satu ditemukan yang mutasi EEK itu."

Sebagai informasi, varian corona E484K ini tengah mengganas di Jepang. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa varian ini ditemukan pada 12 dari 36 pasien COVID-19 dalam kurun waktu dua bulan terakhir di Jepang.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Wiku Adisasmito sendiri sebelumnya telah mengingatkan bahwa varian ini lebih cepat menular dibandingkan varian-varian sebelumnya seperti B117. Oleh sebab itu, Wiku meminta masyarakat untuk terus mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penularan.

"Varian E484K merupakan hasil mutasi dari varian B117. Mutasi E484K yang terjadi pada protein spike adalah mutasi yang sama seperti yang ditemukan pada varian Afrika Selatan maupun Brasil," jelas Wiku dalam media briefing pada Kamis (1/4). "Dan berdasarkan penelitian, varian ini lebih cepat menular."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait