Angka Kematian COVID-19 Indonesia Masih Tinggi Gara-Gara Masuknya Varian Baru?
Unsplash/Isaac Quesada
Nasional

Varian B117 asal Inggris dan B1351 asal Afrika Selatan yang sudah masuk ke Indonesia tercatat sebagai variant of concern yang dikhawatirkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WowKeren - Tujuh varian virus corona baru kini telah teridentifikasi masuk ke Indonesia, antara lain varian D614G, B117, N439K, E484K, B1525, B1617, dan B1351. Varian B117 asal Inggris dan B1351 asal Afrika Selatan bahkan tercatat sebagai variant of concern yang dikhawatirkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19, Alexander K Ginting, pun menduga bahwa varian-varian baru yang telah masuk ke Indonesia tersebut merupakan "biang kerok" yang membuat angka kematian akibat COVID-19 masih tinggi di Tanah Air. "(Kematian tinggi) kita curigai karena ada varian baru timbul akibat mutasi COVID-19," tutur Alexander kepada CNN Indonesia.

Beberapa varian tersebut dilaporkan memiliki kemampuan penularan yang lebih tinggi dan memperburuk gejala yang dialami pasien COVID-19. Oleh sebab itu, Alexander meminta agar masyarakat tak bepergian di masa pandemi corona.

"Karena mutasi terjadi karena masih tingginya transmisi virus. Dan yang penting jika klinis ada gejala dan perburukan segera berobat," kata Alexander. "Jangan tunggu hasil laboratorium PCR atau rapid test antigen baru berobat."


Dihubungi secara terpisah, Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menyebutkan bahwa tingginya angka kematian COVID-19 di Tanah Air salah satunya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pengobatan ke fasilitas kesehatan. Wiku mengatakan bahwa mayoritas pasien COVID-19 baru mendatangi faskes saat kondisi mereka memburuk.

Hal tersebut membuat kasus COVID-19 berujung pada kematian. Pelayanan fasilitas rumah sakit yang belum optimal juga diduga turut menyumbang angka kematian COVID-19 yang masih tinggi.

"Kenapa tinggi kematian? Pasti karena deteksi dininya lambat sehingga waktu dirawat di rumah sakit telat, sudah gejala berat atau kritis yang survivalnya makin rendah," jelas Wiku kepada CNN Indonesia, Jumat (7/5). "Atau juga karena pelayanan rumah sakit yang belum optimal."

Dalam sepekan terakhir ini, Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan kematian COVID-19 sebesar 3,7 persen. Namun, Wiku meminta publik untuk tidak hanya melihat dari tingkat kematian nasional, melainkan juga dari sebaran daerah yang menyumbang angka kematian tersebut.

"Harus dilihat provinsi mana yang berkontribusi kematian harian yang masih tinggi," pungkas Wiku. "Sekarang harus melihat bukan hanya CFR tetapi jumlah kematian harian atau mingguan dan dari provinsi mana."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait