Sama Dengan Indonesia, Rusia Tak Mau Lockdown di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19
pixabay.com/Ilustrasi
Dunia

Kasus COVID- 19 harian di Rusia juga mengalami lonjakan dalam sebulan terakhir. Dari yang awalnya 9.000 kasus per hari di awal Juni menjadi lebih dari 20 ribu kasus pekan ini.

WowKeren - Rusia masih belum berencana menerapkan lockdown di tengah pandemi virus corona (COVID-19). Padahal jumlah kasus kematian akibat COVID-19 di Rusia telah memecahkan rekor dengan mencatat 679 kasus kematian baru pada Jumat (2/7) kemarin. Rekor angka kematian akibat COVID-19 sebelumnya tercatat pada Kamis (1/7), kala Rusia melaporkan 672 kasus kematian dalam sehari.

Sementara itu, kasus COVID- 19 harian di Rusia juga mengalami lonjakan dalam sebulan terakhir. Dari yang awalnya 9.000 kasus per hari di awal Juni menjadi lebih dari 20 ribu kasus pekan ini. Pada Jumat kemarin, Rusia melaporkan 23.218 kasus positif COVID-19 baru.

Meski demikian, Dmitry Peskov selaku Juru Bicara Kremlin menyatakan bahwa pemerintah Rusia tidak membahas soal lockdown. "Tidak ada yang menginginkan lockdown," ujar Peskov dalam konferensi pers harian pada Jumat.

Peskov pun mengakui bahwa kondisi COVID-19 di sejumlah wilayah Rusia kini tengah berada dalam situasi "tegang". "Agar (lockdown) tidak dibahas, kita semua perlu divaksinasi sesegera mungkin," tambah Peskov.


Keputusan Rusia menolak lockdown di tengah lonjakan kasus COVID-19 ini mengingatkan kita pada keputusan pemerintah Indonesia. Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo juga menolak lockdown dan menilai bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro merupakan kebijakan yang tepat untuk saat ini. Kekinian, pemerintah Indonesia memperketat aturan pembatasan dalam PPKM Darurat yang berlaku mulai Sabtu (3/7) hari ini.

Sebelumnya, Rusia sendiri sudah pernah menerapkan satu kali lockdown nasional selama enam pada musim semi lalu. Hanya ada satu wilayah di Rusia yang kemudian menerapkan dua kali lockdown lokal setelah itu, yakni Republik Siberia Buryatia.

Terkait lonjakan kasus COVID-19 ini, para pejabat menyalahkan sikap lemah Rusia dalam mengambil tindakan pencegahan, meningkatnya prevalensi varian yang lebih menular, serta tingkat vaksinasi yang lambat. Hingga kini, sebanyak 23 juta orang di Rusia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, jumlah tersebut mencapai sekitar 15 persen dari total 146 juta populasinya.

Di tengah lonjakan kasus baru belakangan ini, sekitar 20 wilayah di Rusia telah mewajibkan vaksinasi untuk karyawan di sektor tertentu. Meski langkah tersebut tampak membantu menaikkan tingkat imunisasi dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah aksi penolakan juga terjadi. Pekan ini, aksi protes terhadap vaksinasi wajib terjadi di wilayah Sakhalin dan Moskow.

Pihak otoritas Moskow menyatakan bahwa setiap orang dengan gejala infeksi pernapasan harus mengisolasi diri setidaknya sampai hasil tes COVID-19 mereka menunjukkan status negatif. "Mulai hari ini, kami akan melihat semua kasus infeksi saluran pernapasan akut sebagai, kemungkinan besar, infeksi virus corona," papar Wakil Wali Kota Anastasia Rakova, Jumat.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait