Anak-anak Indonesia yang Alami 'Eror' Meningkat, BKKBN: Hidup di Alam Pikirannya Sendiri
Pexel/Archie Binamira
Nasional

BKKBN mengingatkan para orangtua atas meningkatnya angka gangguan jiwa ringan atau eror yang dialami anak-anak. Orangtua punya peran sangat penting untuk mencegah anak-anaknya menderita eror.

WowKeren - Di era modern, teknologi nyatanya juga bisa menjadi 'musuh' orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Tak jarang, kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi malah membuat anak-anak terlena. Bahkan bisa jadi sampai melupakan kehidupan mereka di dunia nyata.

Hal itulah yang kini jadi salah satu perhatian khusus BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana). Alat komunikasi yang canggih disebut malah mengakibatkan anak sulit diatur hingga mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan atau eror.

Bahkan, persentase anak-anak Indonesia yang mengalami eror atau gangguan jiwa ringan kini telah mengalami peningkatan. Hal itu diungkap oleh Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo.

Hasto mengungkap, berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) pada 2018, mental anak-anak Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan (eror) sebesar 9,8 persen. Berdasarkan pendataan Rikesda dilakukan lima tahun sekali, anak Indonesia yang mengalami eror ini tercatat meningkat dibandingkan pada 2013 di mana tercatat hanya sebesar 6,1 persen.

Hasto menyebut, anak-anak yang mengalami eror punya pola perilaku yang adiktif pada penggunaan smartphone atau gadget yang lain. Alhasil, anak-anak ini berakhir menjauh dari dunia nyata dan hidup dalam pikirannya sendiri.


"Anak-anak yang mengalami eror itu diajak maju sulit, belajar sulit, dan pekerjaannya hanya mengeloni atau bermain HP saja, dan lama kelamaan dia akan hidup di alam dan pikirannya sendiri," ungkap Hasto dalam keterangannya di Pekanbaru, Selasa (26/7) melansir Republika.co.id.

Karena itu, Hasto pun mengingatkan peran penting orangtua untuk mewaspadai ancaman gangguan eror tersebut yang salah satunya bersumber dari penggunaan gadget secara berlebihan.

"Orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan dan hati-hati ketika anak mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan itu agar tidak menjadi meningkat atau makin parah. Karenanya Tim Pendamping Keluarga berperan mendampingi keluarga tersebut," katanya.

Karena itu, dibentuklah Tim Pendamping Keluarga. Di mana upaya pendampingan tersebut sangat dibutuhkan mengingat persentase gangguan jiwa berat pada anak kini juga meningkat jadi 7/1000 anak.

"Kita titip generasi muda kepada orang tuanya untuk mendapatkan pengasuhan, perawatan dan pengawasan yang baik agar jangan sampai mengalami gangguan mental berat sehingga anak harus punya pendidikan yang baik sekaligus dalam upaya meningkatkan kualitas SDM pada tahun 2035," pungkasnya.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru