Heboh Makam Dipindah Gara-Gara Beda Pilihan Caleg di Gorontalo, PBNU Angkat Bicara
Instagram/robikinemhas
Nasional

PBNU berharap agar peristiwa di Gorontalo tidak terulang lagi mengingat politik adalah sarana untuk meraih harkat dan martabat.

WowKeren - Publik dihebohkan dengan peristiwa yang terjadi di Desa Toto Selatan, Gorontalo belum lama ini. Bagaimana tidak, dua jenazah yang sudah dimakamkam terpaksa harus dipindah lantaran pemilik lahan berbeda pilihan Caleg dengan kedua keluarga jenazah. Bahkan, salah satu jenazah ada yang sudah dimakamkan selama 26 tahun.

Fenomena ini mengundang perhatian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, Robikin Emhas, mengaku sangat prihatin dengan peristiwa tersebut. Menurutnya, kabar pemindahan itu sangat mengoyak rasa kemanusiaan.

Ia sangat menyesalkan bahwa politik yang seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, justru mematikan rasa kemanusiaan itu sendiri. Hal itu disampaikannya saat siaran pers di Jakarta pada Minggu (13/1).

"Kabar (pemindahan jenazah) ini sangat mengoyak rasa kemanusiaan," kata Robikin di Jakarta pada Minggu (13/1). Betapa tidak, politik yang seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan justru mematikan rasa kemanusiaan itu sendiri.”

Politik saat ini seolah-olah hanya dijadikan sebagai langkah untuk memperoleh kursi kekuasaan. Hal itulah yang diungkapkan oleh Robikin. Parahnya, para pihak yang berkepentingan tak segan untuk menghalalkan segala cara demi meraih kursi kekuasaan.


Robikin melanjutkan bahwa tak hanya dalam tingkatan pemilihan legislatif hal ini dipraktekkan, tapi juga untuk pemilihan setingkat Pilpres. Pihak-pihak yang berbuat demikian menurut Robikin, seakan tidak peduli dengan akibat yang ditimbulkan di kemudian hari.

Seperti yang terjadi saat ini, banyaknya isu negatif yang berhembus di tengah masyarakat dikhawatirkan akan memicu terjadinya perpecahan. Bahkan orang terdekat pun bisa menjadi musuh karena semuanya didasarkan pada satu hal, yakni kesamaan politik.

"Seakan tak peduli dampak yang ditimbulkan," ujar Robikin. "Hubungan kekerabatan pecah, persahabatan retak, tetangga dikategorikan sebagai lawan. Semua disandarkan satu hal, yaitu kesamaan pilihan politik.”

Pada akhirnya, hal itu akan membawa pada runtuhnya ketahanan nasional. Hal ini sungguh ironis mengingat pesta demokrasi seharusnya menjadi lahan kegembiraan nasional. Robikin berharap bahwa peristiwa di Gorontalo menjadi yang pertama dan terakhir kalinya.

“Semoga peristiwa memilukan pemindahan kuburan akibat beda pilihan politik di Gorontalo menjadi satu-satunya kejadian dan tak terulang di kemudian hari," kata Robikin. "Toh, politik adalah sarana pemanusiaan manusia.”

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait