Anggota Paskibraka Meninggal Diduga Alami Kekerasan, Ditampar Hingga Dipaksa Makan Kulit Jeruk
Nasional

KPAI menegaskan bahwa kekerasan fisik tak ada kaitannya dengan ketahanan fisik sehingga tindakan kekerasan dalam bentuk apapun untuk mendisiplinkan seseorang tidak dapat dibenarkan.

WowKeren - Faried Abdurrahman, Ayah dari mendiang Aurellia Qurrota Ain, Paskibraka kota Tangerang Selatan, Banten, mengungkap sejumlah dugaan kekerasan yang dialami oleh putrinya semasa menjalani pelatihan Paskibraka. Ia mengatakan bahwa Aurel sempat mengalami kekerasan fisik mulai dari ditampar hingga dipaksa makan jeruk beserta kulitnya.

Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti. Berdasarkan penuturan ayah Aurel, almarhumah mengaku pernah ditampar oleh seniornya. Kemudian dipaksa makan jeruk sekulit-kulitnya yang mana hal ini berbahaya bagi kesehatan.

"AQA (Aurellia) mengaku pernah diperintahkan makan jeruk sekulit-kulitnya saat mengikuti pelatihan Paskibra di Kota Tangsel," kata Retno melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (6/8). "Hal ini tentu berpotensi membahayakan kesehatan pencernaan seorang anak."

Kekerasan fisik yang dialami Aurel tak berhenti sampai disitu saja. Ia juga pernah dihukum push up dengan tangan dikepal lantaran anggota timnya melakukan kesalahan. Hukuman ini mengakibatkan tangannya terluka.


Hukuman lainnya ialah menulis ulang buku harian yang disobek oleh seniornya. Alasan buku hariannya disobek ialah karena 4 anggota timnya tidak mengumpulkan buku harian. "Hal ini sempat dikeluhkan AQA karena dia sangat kelelahan menulis kembali buku harian yang disobek oleh seniornya tersebut," jelas Retno.

Tak hanya hukuman, ayah Aurel juga menemukan adanya kejanggalan pada sistem pelatihan yang diterapkan oleh Paskibraka Indonesia (PPI) Kota Tangerang Selatan. Seperti sesi pelatihan ketahanan fisik yang mengharuskan Aurel berlari dengan membawa tas ransel berisi 3 kg pasir, 3 liter air mineral, dan 600 ml teh manis.

Retno menegaskan bahwa kekerasan fisik tak ada kaitannya dengan ketahanan fisik. Oleh sebab itu, kekerasan dalam bentuk apapun untuk mendisiplinkan seseorang tidak dapat dibenarkan.

"Kekerasan fisik juga tidak ada hubungannya dengan ketahanan fisik," tegas Retno. "Jadi sulit dipahami akal sehat ketika pasukan pengibar bendera dilatih dengan pendekatan kekerasan dan bahkan dilatih ketahanan fisik dengan berlari membawa beban berat di punggungnya, apalagi anggota Paskibra tersebut semuanya masih usia anak."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru