'Frustrasi' Minta Dibiayai, WHO Janji Bakal Segera Evaluasi Langkah Penanganan COVID-19
Reuters/Denis Balibouse
Dunia

WHO tengah dihadapkan pada ancaman tak lagi dibiayai negara-negara dunia karena dianggap tidak berkompetensi dalam menangani wabah virus Corona. Menanggapinya, Dirjen WHO pun menjanjikan evaluasi.

WowKeren - Baru-baru ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menyuarakan keengganannya untuk mengalirkan dana ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tak hanya itu, ungkapan tidak percaya atas kompetensi WHO dalam mengatasi wabah virus Corona juga terus menjadi bahasan panas.

Menanggapi hal tersebut, WHO pun akhirnya angkat bicara. lewat pernyataan resminya dalam pertemuan global Senin (18/5) waktu setempat, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pun berharap agar negara-negara dunia kembali berkenan mengalirkan dana untuk organisasi kesehatan tersebut.

"Dunia ini tak perlu rencana lain, sistem lain, mekanisme lain, atau bahkan komite dan organisasi lain," ujar Tedros, seperti dilansir dari CNBC, Selasa (19/5). "(Sistem yang sudah ada) perlu dikuatkan, diimplementasikan dan dibiayai, termasuk WHO."

Ia pun meyakinkan dunia saat ini bukannya kekurangan mekanisme komprehensif menangani COVID-19. Hanya saja diperlukan komitmen untuk terus menggunakan mekanisme itu dengan sebaik mungkin.


"Kita tidak kekurangan alat, ilmu, atau sumber daya untuk bertahan dari pandemi," tutur Tedros. "Kita hanya kekurangan komitmen terus-menerus untuk memanfaatkan apa yang kita punya. Pola pikir ini yang harus diubah, dan wajib diubah hari ini."

Oleh karena itu, Tedros pun mengaku siap membawa WHO ke level yang lebih tinggi. Yakni menjunjung tinggi transparansi sehingga pihaknya akan segera melakukan evaluasi independen terkait penanganan wabah Corona.

"Saya akan segera mengevaluasi secara independen bagaimana langkah penanganan wabah Corona kami selama ini," tegasnya. "Harapannya kita akan mendapatkan poin-poin pembelajaran dan WHO bisa menyusun rekomendasi untuk meningkatkan penanganan Corona."

Pada kesempatan yang sama, Tedros juga kembali mengingatkan agar negara tak terburu-buru mencabut status lockdown atau pembatasan aktivitas sosial lainnya. "Kalau diterapkan, ada risiko besar yang akan dihadapi," ujarnya.

"Bahkan di daerah paling terdampak COVID-19 pun, baru sekitar 20 persen pasien yang berhasil mengembangkan antibodi terhadap virus Corona. Di daerah lain bahkan hanya sekitar 10 persen," imbuhnya. "Dengan kata lain, mayoritas populasi bumi masih sangat berpotensi terpapar virus Corona."

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait