Siap-Siap, New Normal Akan Buat Harga Transportasi Publik ‘Meroket’
Nasional

Menuju persiapan tatanan hidup normal baru di Indonesia, harga transportasi publik disebutkan akan semakin meroket semasa new normal. Apa penyebabnya?

WowKeren - Pemerintah Indonesia tengah bersiap dalam menerapkan new normal atau tatanan hidup normal baru di tengah pandemi virus corona (COVID-19). Rupanya, kebijakan ini jika diterapkan nantinya akan berdampak terhadap harga tiket transportasi publik.

Sebelumnya, konsep hidup new normal sendiri dinilai Presiden Joko Widodo dapat menjadi kunci dan solusi kebangkitan masyarakat dalam melawan virus corona yang masih belum ditemukan vaksinnya. Diharapkan, masyarakat dapat tetap kembali beraktivitas lagi dengan menerapkan protokol kesehatan selama new normal.

Transportasi publik di masa new normal seperti kereta api, pesawat terbang, dan bus lantas akan dibanderol dengan lebih mahal. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) lantas menjelaskan mengenai alasan kenaikan tarif transportasi.

Kenaikan itu didasari akibat adanya pembatasan kapasitas penumpang saat new normal. Nantinya, transportasi hanya melayani sebesar 50 persen dari jumlah total kursi yang tersedia. Tentunya hal ini akan berdampak pada biaya operasional operator.

Kemenhub juga tengah menyiapkan skenario kenaikan tarif bagi transportasi darat. Direktur Sarana Transportasi Jalan Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub Sigit Irfansyah, menjelaskan perkara tarif tak bisa dilepaskan dari load factor.

Meski demikian, Kemenhub mengaku masih belum menentukan kapan kepastian tarif baru akan diberlakukan. Pola operasi yang akan diterapkan di sektor transportasi semasa new normal juga masih dalam pembahasan.


”Tarif ekonomi coba kita hitung ulang bagaimana cara mengukurnya,” papar Sigit di sela diskusi online bersama Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Rabu (27/5). “Kan kapasitas dikurangi, pasti akan disesuaikan dengan formula yang ada, nanti akan keluar regulasi baru.”

”Kita dorong mempercepat dengan cashless. Kalau dulu kita bicara angkutan umum di bus AKAP itu susah sekali, semua orang datang ke terminal, transaksi di terminal,” sambungnya. “Ke depan dengan kondisi ini ya mau tidak mau itu yang kita terapkan, mempercepat proses. Kalau tol berhasil ya AKAP belum berhasil, masih lambat prosesnya.”

Sementara itu, moda transportasi lain yaitu PT KAI sedang menyiapkan sejumlah skenario untuk operasional kereta penumpang pada saat new normal di tengah pandemi COVID-19. Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo mengatakan telah memiliki dua skenario yang tengah dipertimbangkan.

”Kami sedang menyiapkan, dan kami nanti akan melihat new normal ini sesuai arah kebijakan pemerintah, relaksasi daripada protokol kami ikuti,” terang Didiek. “Jadi kami menyiapkan skenario-skenario tergantung level relaksasinya. Memang terkait pembatasan jumlah penumpang dalam rangka social distancing, ini kami ada 2 opsi.”

Skenario pertama adalah mengikuti pola social distancing di dalam kereta yang sekarang berlaku. Dengan begitu, nantinya penumpang tetap akan dibatasi 50 persen dari total kapasitas kereta. Skenario kedua adalah jika kapasitas penumpang penuh, maka protokol pencegahan virus corona akan lebih ketat dengan memberikan alat pelindung wajah kepada penumpang.

”Apabila okupansi kereta hanya 50 persen maka perlu adanya penyesuaian tarif. Penumpang akan dilengkapi pakai face shield dan pemeriksanaan suhu dilakukan tiga jam sekali,” tutur Didiek. “Kemudian setiap 30 menit akan ada petugas yang membersihkan misalnya gagang pintu, pintu toilet atau barang barang yang rentan dipegang penumpang.”

”Nah terkait dengan okupansi, memang dengan okupansi 50 persen maka ya otomatis KAI kalau mengoperasikan itu akan tetap rugi, sehingga kami akan berkomunikasi kemungkinan untuk penaikan tarif,” sambungnya. “Namun logikanya kenaikan tarif ini hanya untuk kereta jarak jauh saja. Kalau untuk commuter line relatif tetap.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru