Sekolah Siap Dibuka, Bisa Ditutup Lagi Jika Ada Kasus Positif COVID-19
Nasional

Sebelum sekolah bisa benar-benar dibuka kembali untuk kegiatan KBM, maka pemerintah akan memastikan jika lingkungan sekolah sudah bersih dari penularan COVID-19.

WowKeren - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memperbolehkan sekolah yang ada di zona hijau untuk kembali dibuka. Meski demikian, ia menegaskan jika KBM di sekolah di zona hijau juga tidak bisa langsung diterapkan seperti dulu.

Ada satu catatan yang perlu ditekankan. Sekolah bisa ditutup kembali jika ditemukan adanya kasus positif COVID-19. Untuk itu Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah apabila ada kasus positif COVID-19 di tengah lingkungan sekolah.

Pertama yakni dengan melibatkan pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan di lingkup kabupaten atau kota. Kerja sama ini bertujuan untuk memastikan agar tidak ada penyebaran lanjut virus di sekolah.

"Aktivitas sekolah akan dihentikan dulu sementara," kata Terawan dalam paparannya yang disiarkan di YouTube Kemendikbud, Senin (15/6). Tak berhenti sampai di situ, pihaknya akan melakukan tracing dari pasien yang dinyatakan positif tersebut.


Tak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga lingkungan lainnya. Sementara itu, untuk keberlangsungan sekolah berikutnya, bisa mengikuti prosedur tata kelola yang sudah diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Sebelum sekolah bisa benar-benar dibuka kembali, maka pemerintah akan memastikan jika lingkungan sekolah sudah bersih dari penularan COVID-19. Yang jelas, ia menekankan jika keselamatan murid akan selalu menjadi prioritas dalam kegiatan belajar mengajar ini.

"Bisa dibuka sehingga pendidikan bisa berjalan lancar," tutur Terawan. "Namun keselamatan dan kesehatan para murid menjadi prioritas utama kami."

Sebelumnya, Nadiem telah menentukan sejumlah pembatasan untuk menghindari penularan COVID-19 di lingkungan sekolah. Salah satunya yakni mengenai jumlah maksimal siswa di dalam kelas.

Dalam 1 kelas, jumlah maksimal siswanya adalah 18 orang, dimana normalnya adalah antara 28 hingga 30 orang. Sehingga, sekolah perlu melakukan pembagian jam atau shift. "Kami berikan kebebasan unit pendidikan (menerapkan) seperti apa (metode) shifting. Mau per hari, per minggu, per angkatan kelas," kata Nadiem melalui konferensi video, Senin (15/6).

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait