Respon LIPI Usai Bill Gates Singgung Telatnya Penanganan Corona 'Negara Miskin'
Nasional

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) buka suara terkait pendapat Bill Gates terkait hubungan vaksin COVID-19 dengan negara kaya dan miskin serta penanganan wabah.

WowKeren - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menanggapi kabar yang beredar terkait uji klinis vaksin COVID-19 buatan Tiongkok, Sinovac. Pasalnya, Indonesia dianggap menjadi 'kelinci percobaan' dalam uji klinis vaksin tersebut demi mengatasi wabah tak seperti negara berkembang dan miskin lain.

Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI, Wien Kusharyoto mencoba meluruskan bahwa tidak benar Indonesia sebagai negara berkembang rela berkorban menjadi 'kelinci percobaan' demi segera mendapatkan vaksin COVID-19. Dijelaskan Wien, Indonesia menjadi lokasi ideal untuk uji klinis tahap III karena masih memiliki tingkat penularan COVID-19 yang masih tinggi.

"Tidak (berhubungan vaksin tiba 2021 dengan Indonesia menjadi kelinci percobaan)," ujar Wien dilansir CNNIndonesia, Kamis (13/8). "Lokasi uji klinis tahap III yang ideal adalah negara dengan laju infeksi yang masih tinggi. Misalnya Brashuil, Amerika Serikat, Afrika Selatan dan mungkin termasuk Indonesia."

Terkait pernyataan Bill Gates soal vaksin dan negara miskin menurutnya bermaksud untuk menjelaskan kemampuan suatu negara untuk memesan vaksin dari perusahaan pengembang vaksin. "Negara-negara maju, terutama AS menyediakan dana yang besar agar bisa booking vaksin dari perusahaan-perusahaan yang mereka pilih, meskipun vaksinnya sendiri belum ada dan belum tentu efektif," ujarnya.


Ia pun menjelaskan ada berbagai upaya agar vaksin COVID-19 di negara miskin dan berkembang. Hal tersebut dilakukan oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), hingga Gavi atau aliansi vaksin.

Gavi sendiri didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan amal ini juga turut menyediakan dana USD 150 juta untuk Serum Institute of India (SII) agar bisa memproduksi vaksin yang dikembangkan Oxford dan Astra Zeneca. "Pemilik SII sendiri yang merupakan sebuah perusahaan keluarga mengeluarkan dana perusahaan sebesar USD 450 juta untuk rencana produksi vaksin Oxford dan Astra Zeneca," tuturnya.

Seperti yang telah diketahui, Bill Gates sempat mengeluarkan pendapatnya terkait pandemi COVID-19. Menurutnya, wabah tersebut akan bisa dibasmi pada akhir 2021 untuk negara kaya dan 2022 untuk negara miskin dan berkembang.

Prediksi tersebut hanya berlaku bagi penduduk yang hidup di negara maju seperti Amerika Serikat. Co-founder Microsoft dan co-founder yayasan amal Bill and Melinda Gates itu bahkan menyebut kemungkinan pandemi ini akan berpengaruh lebih lama pada negara berkembang.

"Untuk negara yang kaya, kita seharusnya dapat mengakhiri hal ini pada akhir 2021, dan untuk seluruh dunia pada umumnya pada akhir 2022," tuturnya dalam wawancara dengan Wired yang diterbitkan Jumat (7/8) lalu.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru