Pabrik Sarung Tangan Terbesar di Dunia Harap AS Setop Larangan Impor Terkait Dugaan Kerja Paksa
pexels.com/Branimir Balogović
Dunia

Pada Selasa (4/5), Perlindungan Bea Cukai dan Perbatasan AS mengatakan bahwa mereka telah menyita pengiriman 3,97 juta sarung tangan sekali pakai nitril dari Top Glove.

WowKeren - Produsen pembuat sarung tangan karet terbesar di dunia yang ada di Malaysia, Top Glove, berharap agar larangan terhadap produk mereka segera dihentikan. Pada Rabu (5/5) perusahaan itu mengatakan bahwa mereka berharap agar AS segera mengakhiri larangan impor produknya setelah salah satu pengirimannya disita di pelabuhan AS di tengah tuduhan kerja paksa.

Sehari sebelumnya, yakni Selasa (4/5), Perlindungan Bea Cukai dan Perbatasan (CBP) AS mengatakan bahwa mereka telah menyita pengiriman 3,97 juta sarung tangan sekali pakai nitril dari Top Glove di pelabuhan Cleveland, Ohio. Adapun pengiriman tersebut bernilai sekitar 518.000 dolar AS atau setara dengan Rp7,4 miliar.

Langkah tersebut diambil dalam rangka menanggapi larangan pemerintah AS terhadap produk Top Glove pada 29 Maret yang didasarkan pada beberapa indikasi termasuk kerja paksa, jam lembur yang berlebihan, kondisi work and life balance yang tidak sesuai, hingga bahkan penahanan dokumen identitas para pekerja.


Top Glove menyebut jika mereka telah menyelesaikan dugaan 11 indikator kerja paksa. Mereka mengatakan jika konsultan internasional Impactt telah memverifikasi hal itu dalam laporan 22 April. Perlindungan Bea dan Perbatasan AS sedang meninjau pengajuannya berdasarkan laporan itu. Mereka mengatakan jika perusahaan terus bekerja sama dengan CBP AS untuk menghasilkan resolusi dan pencabutan larangan itu sesegera mungkin.

Sementara itu, Diann Rodriguez, direktur pelabuhan area Cleveland, mengatakan pada hari Selasa bahwa penyitaan itu menunjukkan pesan yang kuat bahwa CBP tidak akan memberikan toleransi pada impor yang dilakukan dengan kerja paksa. Sebab hal itu dianggap sebagai perbudakan modern dan mengancam ekonomi mereka.

"CBP tidak akan mentolerir impor yang dilakukan oleh kerja paksa," ujarnya. "Yang merupakan bentuk perbudakan modern yang melukai pekerja yang rentan dan mengancam ekonomi kami."

Top Glove dalam setahun mampu memproduksi sekitar 90 miliar sarung tangan karet, yang memasok kebutuhan seperempat kebutuhan sarung tangan dunia. Produk mereka diekspor ke 195 negara.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait