30 Hari Dirawat Tapi Masih Positif, Begini Kisah Pilu Pasien COVID-19 Terlama di RI
Getty Images
SerbaSerbi

Sebanyak 380 pasien positif COVID-19 sudah sembuh hingga Senin (13/4). Namun kisah pasien berikut ini menjadi sorotan karena sudah 30 hari dirawat, nyaris tanpa keluhan, namun masih positif COVID-19.

WowKeren - Indonesia mencatat keberadaan 4.557 pasien positif COVID-19 hingga Senin (13/4) pukul 12.00 WIB. Sebanyak 399 kasus berakhir dengan kematian, sedangkan 380 lainnya dinyatakan sembuh.

Sayang nama Riki Permana tak ada diantara daftar pasien sembuh tersebut, kendati dirinya sudah 30 hari menjalani perawatan intensif COVID-19. Lewar wawancara eksklusifnya dengan CNN Indonesia, Riki, yang terlihat sangat bugar, mengaku sudah tak merasakan keluhan apa-apa.

"Ini hari ke-30," kata Riki, dilansir pada Senin (13/4). "Kalau secara fisik sudah lebih sehat, enggak ada keluhan apa-apa lagi. Tapi dari tes laboratorium pada 24 Maret 2020 dan hasilnya keluar 30 Maret 2020, masih positif."

Pernyataannya benar adanya, sebab Riki hampir tak menunjukkan tanda-tanda sakit atau kesedihan. Namun ia tak memungkiri bahwa kerinduannya terhadap rumah, keluarga, kerabat, dan hari-hari "normal" sebelum terinfeksi virus Corona begitu telak untuknya.

Jika ditarik lagi ke belakang, agak sulit memastikan darimana datangnya virus yang menginfeksi Riki ini. Profesinya yang berlokasi di bandara mengharuskannya bertemu dengan pendatang dari berbagai negara, yang tentu meningkatkan potensinya terinfeksi virus.

Ia mengaku mulai merasakan demam tinggi pada 2 Maret 2020. Usai menjalani serangkaian pemeriksaan, juga berbagai kesalahan diagnosis karena penyakit COVID-19 saat itu belum mewabah sebesar saat ini, akhirnya Riki dicurigai terinfeksi virus Corona dan harus menjalani perawatan isolasi sampai sekarang.


30 hari diisolasi tanpa interaksi berarti jelas menimbulkan beban tersendiri bagi Riki. Ia mengaku hanya menghabiskan 15 menit dalam sehari untuk berinteraksi dengan dokter dan perawat. Interaksi dengan pasien lain pun sebatas berpapasan saat ke toilet atau membuang sampah nasi kotak.

Akses internet menjadi satu-satunya hiburan baginya. Namun lambat laun ia juga mulai berbaur dengan para perawat dan tenaga medis, nyaris bersikap bak kawan sendiri.

Akan tetapi, tiga hari terakhir rumah sakit menyediakan konseling dengan psikolog. Riki menduga rumah sakit menyadari dirinya adalah pasien terlama sehingga ada pengaruh pada kesehatan mental.

"Pasien selama ini fokus pada obat, mau minum obat apa, padahal yang tak kalah penting me-maintain semangat," katanya. "Di rumah sakit ya ada up and down. Pasti nyesek banget, masih positif, padahal sudah menjalani serangkaian treatment, pengobatan."

"Dengan konseling psikolog ini saya terbantu banget. Makanya ini kelihatan sehat, bahagia," imbuhnya disusul tawa.

Tak hanya itu, dukungan pada dirinya pun terus mengalir dari keluarga maupun teman. Menurutnya komunikasi dengan teman-teman malah lancar dengan lebih banyak aliran dukungan daripada stigma.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait