BMKG Sebut Wacana Redupkan Matahari untuk Kurangi Pemanasan Global Ide Jadul
Unsplash/Brendan O'Donnell
Nasional

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai penting untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari selimut sulfur dioksida (SO2) bagi kehidupan makhluk di muka bumi.

WowKeren - Sebuah ide unik muncul sebagai respons atas persoalan perubahan iklim yang kian nyata. Para peneliti dari Universitas Cape Town, Afrika Selatan berencana meredupkan matahari sebagai langkah mengurangi dampak pemanasan global. Cara unik ini dilakukan dengan melepaskan partikel kecil ke atmosfer Bumi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun buka suara mengenai hal ini. Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, mengatakan perlu adanya kajian lebih mendalam.

Menurutnya, penting untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari selimut sulfur dioksida (SO2) yang akan digunakan untuk memantulkan kembali cahaya matahari. Harus dipastikan apa dampak zat tersebut bagi makhluk hidup di muka bumi, termasuk umat manusia.

"Apabila sebatas rekayasa dalam sebuah simulasi model komputer, itu tidak apa-apa," kata Siswanto dilansir CNN Indonesia, Kamis (3/12). "Kita perlu memahami dampak positif dan negatif dari selimut SO2 di stratosfer ini, baik kepada iklim di bumi maupun dampak lingkungan dan kesehatan umat manusia di Bumi."


Jika wacana tersebut benar-benar akan dilaksanakan maka ia menyebutnya sebagai ide yang gegabah. "Pemahaman dan bukti itu belum didapatkan secara utuh, baik secara pengkajian saintifik maupun pengkajian etik-estetik, maka praktik atau penerapannya bisa dianggap tindakan yang gegabah," tutur Siswanto.

Sementara itu, Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari menyatakan ide meredupkan matahari dengan SO2 sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Ide ini berangkat dari kondisi setelah letusan gunung berapi dimana atmosfer cenderung menurun.

"Ide ini diangkat berdasarkan kajian terhadap catatan suhu atmosfer yang cenderung turun atau mendingin," kata Indra masih dilansir CNN Indonesia. "Pada saat dan setelah ada erupsi gunung api yang banyak melepaskan sulfur ke atmosfer."

Senada dengan Siswanto, ia menilai ide ini tidak bisa dilakukan dengan gegabah. Namun harus melalui kajian lebih lanjut. "Jadi masih perlu kajian yang mendalam dan transparan tentang keuntungan dan kerugian jika akan implementasikan," imbuhnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait