LAPAN Jawab Isu Matahari Fase ‘Lockdown’ Sebabkan Bencana Alam
Nasional

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjawab hebohnya isu yang menyebut jika fase matahari lockdown berpotensi menciptakan bencana alam.

WowKeren - Para ilmuwan telah mengungkapkan jika Matahari saat ini tengah memasuki periode lockdown. Fenomena ini disebut berpotensi menciptakan berbagai bencana alam yang melanda Bumi, seperti gempa, cuaca beku, hingga kelaparan.

Hal tersebut tentunya memicu perbincangan bagaimana dengan nasib Bumi saat ini jika fenomena tersebut menyebabkan bencana alam. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) lantas memberikan penjelasan tentang isu tersebut.

LAPAN menjelaskan jika fase Matahari lockdown merupakan penurunan aktivitas Matahari (solar minimum). Menurut LAPAN, fenomena tersebut tidak akan menyebabkan bencana alam di Bumi.

Peneliti LAPAN Rhorom Priyatikanto membandingkan jika aktivitas Matahari yang rendah sekarang masih belum terbilang ekstrem dibandingkan pada periode 1790-1830 lalu. Ia juga mengatakan kesanggupan dunia modern saat ini dalam menghadapi solar minimum.

”Aktivitas Matahari yang rendah saat ini belum terbilang ekstrem,” jelas Rhorom seperti dilansir dari CNNIndonesia, Selasa (19/5). “Era modern lebih siap menghadapi aktivitas matahari yang teramat minimum. Atau setidaknya, global warming memberi kita 'surplus temperatur' sekitar 1 derajat.”

Meski demikian, LAPAN membenarkan jika fenomena Matahari dalam fase lockdown di masal lalu memang telah menyebabkan bencana alam. Kala itu, rendahnya aktivitas Matahari telah memicu penurunan suhu global dan berimbas pada produksi pangan.


Rhorom menjelaskan jika suhu global memang sempat menurun pada saat periode minimum Dalton (tahun 1800) dan periode minimum Maunder (tahun 1700). Periode itu ditandai dengan cuaca Bumi yang sangat tinggi, gagal panen hingga menyebabkan krisis pangan dan kelaparan, hingga adanya letusan gunung berapi yang siginifkan.

”Pada kasus ekstrem minimum Maunder dan Dalton, rendahnya aktivitas Matahari beberapa dekade berimbas pada pendinginan global,” papar Rhorom. “Tak hanya di daerah 4 musim, tapi juga di daerah tropis.”

Sementara itu, LAPAN menjelaskan pemilihan kata lockdown dalam menggambarkan fenomena ini. Lockdown Matahari ini telah menuunjukkan penurunan aktivitas permukaan yang drastis dengan ditandai menghilangnya bintik Matahari.

Berdasarkan catatan ilmuwan, Matahari pernah i tidak beraktivitas atau mengalami hari tanpa bintik sebanyak 76 persen hingga saat ini. Tahun lalu, Matahari tercatat tidak beraktivitas sebanyak 77 persen dalam satu tahun, artinya 281 hari tanpa adanya bintik Matahari.

”Kata lockdown dipilih untuk menekankan potensi resesi akibat aktivitas Matahari yang teramat rendah,” kata Rhorom. “Hal ini pernah terjadi sekitar 1790-1830, dikenal sebagai periode minimum Dalton. Aktivitas Matahari yang rendah memicu penurunan suhu global dan berimbas pada produksi pangan.”

Sementara untuk bencana gempa atau gunung meletus, LAPAN memastikan jika aktivitas Matahari tidak berkaitan dengan gempa atau gunung meletus. Kebetulan saat itu Gunung Tambora meletus di saat penurunan aktivitas Matahari.

”Aktivitas Matahari tidak berkaitan dengan gempa atau gunung meletus,” tutur Rhorom. “Tapi letusan gunung Tambora tahun 1815 memperparah minimum Dalton karena abu dari Tambora menutupi sinar Matahari.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait