BPOM Sebut Peneliti Vaksin Nusantara Didominasi Asing, Terawan Beri Bantahan Begini
https://tniad.mil.id/
Nasional

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyampaikan bantahan tersebut kala berbincang dengan musisi Anang Hermansyah yang menjadi salah satu relawan penelitian Vaksin Nusantara.

WowKeren - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diketahui belum memberikan izin kepada Vaksin Nusantara yang diprakarsai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk melanjutkan uji klinis ke tahapan selanjutnya. BPOM juga menyebut bahwa tim peneliti vaksin virus corona (COVID-19) berbasis sel dendritik tersebut didominasi oleh pihak asing.

"Di dalam pembahasannya tim peneliti asing lah yang menjelaskan, yang membela dan berdiskusi, yang memproses pada saat kita hearing tersebut," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam Rapat Kerja Komisi IX, Kamis (8/4). "Dan terbukti proses pelaksanaan uji klinik proses produknya dilakukan oleh tim peneliti asing dari AVITA."

Kekinian, Terawan memberikan bantahan terhadap pernyataan BPOM tersebut. Terawan mengaku bahwa pihak asing mengamati tim peneliti Vaksin Nusantara yang terdiri dari orang-orang Indonesia, bukan sebaliknya.

"Lihat bagaimana orang Indonesia bekerja ditonton orang bule. Berbeda dengan pendapat orang. Orang bule yang bekerja, orang Indonesia nonton. Tidak," tegas Terawan di hadapan musisi Anang Hermansyah dalam video yang diunggah kanal YouTube RKN Media. "Di sini semua 100 persen yang bekerja orang Indonesia."


Sebagai informasi, Anang dan istrinya, Ashanty, turut menjalani pengambilan sampel darah untuk Vaksin Nusantara di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta. Selain pasangan selebritis tersebut, sejumlah tokoh seperti Aburizal Bakrie dan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah juga menjadi relawan penelitian Vaksin Nusantara di RSPAD.

Di sisi lain, kontroversi Vaksin Nusantara ini juga sempat ditanggapi oleh Menteri Kesehatan [c=Budi Gunadi Sadikin. Menurut Budi, pihaknya selalu mendukung setiap riset yang dilakukan anak bangsa, namun tetap saja faktor keamanan, apalagi untuk produk vaksin, adalah perhatian serius.

"Bener-bener harus dibikin berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah dan protokol kesehatan yang baku dan tepat," tegas Budi Gunadi dalam sebuah diskusi daring, Minggu (18/4). "Itu tolong jangan di-cross, jangan di-shortcut, jangan di- cut corners."

Pada intinya, Budi Gunadi mengingatkan bahwa penelitian vaksin tidak boleh sampai mengabaikan prosedur baku dan ilmiah yang berlaku. Sedangkan terkait kontroversi yang ada, Budi Gunadi mengingatkan supaya tidak menghambur- hamburkan waktu dan energi.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait