Tragedi Eksploitasi ABK WNI: Jenazah Rekan Disimpan di Freezer Hingga Terpaksa Melompat ke Laut
Nasional

Seorang ABK WNI penyintas perbudakan di Kapal Tiongkok buka suara soal pil pahit yang ia terima selama bekerja. Ia mengakui penyiksaan yang dialami begitu tak manusiawi dan sangat traumatis.

WowKeren - Beberapa waktu lalu topik eksploitasi berujung perbudakan terhadap anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan Indonesia di kapal Tiongkok sangat ramai dibahas. Kasus ini pertama kali mencuat ketika dilaporkan 3 jenazah ABK WNI dilarung ke laut tanpa persetujuan keluarga.

Kasus ini turut membuka kisah perbudakan serupa di kapal-kapal lain. Seperti yang dialami oleh Mashuri, salah seorang ABK WNI yang bekerja di kapal purse seine atau pukat cincin Fu Yuan Yu 1218 berbendera Tiongkok.

Mashuri mengaku menerima tindakan tak manusiawi selama 6 bulan. Ia pun kini bisa selamat setelah melakukan tindakan nekat, yakni melompat dan terombang-ambing di lautan selama 12 jam.

Mashuri mengaku disalurkan oleh agen PT Mandiri Tunggal Bahari (MTB) yang berlokasi di Tegal, Jawa Tengah. Kekinian dua petinggi agen penyalur tersebut sudah diringkus dan dijadikan tersangka.

Mashuri menyebut diperlukan waktu setidaknya dua bulan sebelum akhirnya diberangkatkan oleh agen. Ia bersama 4 WNI lain ditempatkan di kapal tersebut dan melaut di kawasan Timur Tengah sekitar September 2019.

Tak disangka di sana ia akan menerima perlakuan tidak manusiawi dari para kru kapal. "Kami kepala dipukul, ditendang, disiksa. Tidur paling mentok cuma 3-4 jam," ungkap Mashuri, dikutip dari BBC Indonesia, Rabu (20/5).

Namun yang paling membuatnya tak sanggup menahan duka adalah ketika rekannya yang sakit tetap disuruh bekerja sampai akhirnya meninggal. Usai meninggal, jenazah sang rekan disimpan di pendingin ikan sebelum akhirnya dilarung.


"(Jenazah teman kami) disimpan di freezer selama satu bulan," jelas Mashuri. "Setelah itu dibuang ke tengah laut."

"Katanya pertama dibilang pakai bahasa isyarat mau dibawa ke Singapura, tapi ternyata dibuang," tuturnya melanjutkan. "Kami lihat pakai mata kepala sendiri. Kami menangis, sujud-sujud jangan dibuang, tapi kapten marah-marah dan tetap membuang teman kami."

Setelah kejadian pilu itu, ia dan ketiga rekannya yang tersisa mencoba bertahan. Mereka juga tak melawan ketika perbudakan dilakukan.

Dan suatu ketika, kapal akhirnya tiba di Selat Malaka. Menyadari wilayahnya dekat dengan Indonesia, mereka nekat melawan kru kapal yang kebanyakan WN Tiongkok.

"Mereka mengeroyok dan kita kalah, bonyok-bonyok. Sempat ada pukulan senjata tajam juga," kata Mashuri. "Di situ kami berpikir untuk lompat."

Dini hari, saat semua anggota kapal tertidur, mereka menggunakan gabus tempat menyimpan ikan dan terjun ke laut. Butuh sekitar 12 jam terkatung-katung di laut sebelum akhirnya diselamatkan oleh kapal batu bara milik Filipina.

"Lalu (kami) dibawa ke pihak Maritim Malaysia. Lalu ditanya-tanya dan dibawa ke Kedutaan Indonesia di Johor, Malaysia, tanggal 8 April," katanya.

Kini para ABK korban perbudakan ini telah kembali ke kampung halaman sejak 12 April 2020 lalu. Kendati demikian, penyiksaan yang dialami selama bekerja di kapal tak pernah hilang dari ingatan.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait