Vaksinasi COVID-19 Pertama Besok, Relawan Vaksin Sinovac Ungkap Sejumlah Efek Samping
Nasional

Salah seorang relawan uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac membagikan cerita pengalamannya mengikuti yang dilakukan Bio Farma di Bandung, sejak bulan Agustus 2020 lalu.

WowKeren - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin COVID-19 Sinovac pada Senin (11/1) kemarin. Proses vaksinasi pertama pun akan dimulai pada Rabu (13/1) besok.

Salah seorang relawan uji klinis di Bandung, Herlina Agustin (52) ikut membagikan cerita pengalamannya mengikuti pengujian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Bio Farma itu. Proses penyuntikan pertama dilakukan di Puskesmas Dago, Kota Bandung, 28 Agustus 2020. Sebelumnya, para relawan melalui serangkaian tes mulai dari test swab, pengecekan darah hingga tes fisik.

Herlina mengaku, tidak ada reaksi di tubuhnya saat disuntik. Namun ia mengakui ukuran jarum vaksin yang diklaim lebih besar ketimbang jarum saat pengambilan darah.

"Memang pegal banget (setelah disuntik). Terutama yang pertama, tidak menyangka jarum suntiknya besar. Saya rasa ada setengah jam merasakan pegal," ujarnya, Selasa (12/1). "Masih sama (besar) dari yang pertama. Tapi yang kedua sudah siap mental."

Penyuntikan kedua atau dosis penyuntikan yang terakhir berlangsung pada 11 September 2020. Sama halnya dengan penyuntikan pertama, Herlina mengungkapkan jarum suntik berdiameter agak besar.

Sekedar informasi, uji klinis vaksin fase III dilangsungkan di Pusat Uji Klinis yaitu di FK Unpad dan melibatkan sampel 1.620 orang atau relawan dengan rentang usia 18 hingga 59 tahun. Sepanjang jangka waktu menjalankan vaksinasi, para relawan tetap melaporkan hal-hal yang terjadi selama berkaitan dengan vaksin.


Setelah menerima vaksinasi, alih-alih merasa sakit Herlina justru merasa pikirannya menjadi lebih tenang. Ia merasa lebih terlindungi dari ancaman COVID-19. Meskipun tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Sejauh ini aman enggak ada apa-apa. Enggak ada keluhan yang spesifik, seperti demam itu enggak ada, pusing, bengkak atau merah juga enggak ada," tuturnya.

Herlina menyadari satu hal, selang beberapa hari dari suntikan pertama ke kedua, ia merasa dirinya bertambah gemuk. Hal ini dikarenakan nafsu makannya yang tiba-tiba meningkat usai mendapatkan vaksinasi corona.

"Sebelum uji klinis biasa saja tapi setelah uji klinis makan jadi enak," ungkapnya. "Tapi saya enggak tahu itu karena vaksin karena relawan enggak tahu apa dapat vaksin atau plasebo."

Dalam tahapan uji klinis, baik vaksin atau obat, relawan akan dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok uji dan kelompok plasebo atau obat kosong. Peneliti menggunakan plasebo selama penelitian untuk membantu mereka memahami efek vaksin atau obat baru dan mana yang sebenarnya sugesti belaka.

Selama menjalani uji klinis, Herlina tidak diperkenankan mengikuti vaksinasi dari luar. Hal itu dilakukan karena peneliti akan menentukan efikasi dari vaksin yang diujikan. Sehingga terlihat kemampuan vaksin dalam membentuk antibodi.

"Karena selama mengikuti uji klinis ini relawan masih terus dipantau. Infonya sampai Mei," tuturnya. "Jadi saya sebagai relawan baru akan divaksin Juni setelah efikasi dan laporan beres."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait